Peningkatan drastis ini salah satunya dipicu oleh banyaknya startup di bidang teknologi, terutama penerapan blockchain, di seluruh dunia yang mencari modal dengan berjualan mata uang virtual atau menerapkan initial coin offering (ICO). Hal tersebut sekaligus menghapus perbankan dan perusahaan penanam modal yang biasanya menjadi sumber utama penggalangan dana startup.
Sepanjang 2018 berjalan, sudah terdapat 537 koin atau token yang ditawarkan kepada para investor. Di dalamnya termasuk kegiatan yang dilakukan oleh Telegram, aplikasi berbagi pesan instan buatan Pavel Durov dan Nikolai Durov.
Platform tersebut berhasil mengumpulkan USD 1,7 miliar dari penjualan token yang hanya ditujukan kepada investor, bukan untuk publik terbuka. Nantinya, dana tersebut akan digunakan untuk membuat Telegram Open Network (TON), platform berbasis blockchain yang digadang-gadang mampu menyaingi Ethereum, salah satu saingan terbesar Bitcoin.
Di samping Telegram, ada Block.one, pengembang software untuk teknologi blockchain, yang mengumpulkan pundi-pundi dari penjualan cryptocurrency dalam jumlah besar. Sejak melakukannya pada pertengahan tahun lalu, lewat proyek bernama EOS, Block.one sukses meraup USD 4 miliar.
Selain itu, dalam laporan yang dibuat oleh Strategy& dan Crypto Valley Association ini, diketahui juga bahwa terdapat 3.470 ICO yang diumumkan sejak penawaran token pertama kali dilakukan pada 2013. Dari angka tersebut, hanya 30% yang terbilang sukses.
Amerika Serikat menjadi negara yang paling banyak dituju untuk menggelar ICO. Di sana, terdapat 56 penjualan token yang sudah melewati proses registrasi dan berhasil mengumpulkan USD 1,1 miliar (Rp 15,8 triliun) sepanjang lima bulan perdana 2018.
Sedangkan di Eropa, Britania Raya menjadi kawasan favorit. Sebanyak USD 507 juta (Rp 7,3 triliun) berhasil diraup dari 48 ICO yang sudah diregistrasi di sana, sebagaimana detikINET kutip dari Reuters, Senin (2/7/2018).
Menarik untuk melihat apakah tren di dalam ICO akan terus meningkat atau tidak. Hal tersebut dikarenakan Bitcoin sebagai cryptocurrency paling populer di dunia tengah mengalami masa sulit akhir-akhir ini.
Pada akhir Juni lalu, nilai mata uang virtual tersebut sempat merosot hingga ke kisaran USD 5.800, atau yang terburuk sepanjang 2018. Meski begitu, kini Bitcoin perlahan-lahan sudah mulai merangkak naik ke level USD 6.300, atau sekitar Rp 90 juta.
(mon/rou) Baca Or Read Again https://inet.detik.com/cyberlife/d-4094643/bisnis-bitcoin-cs-laris-manisBagikan Berita Ini
0 Response to "Bisnis Bitcoin cs Laris Manis"
Posting Komentar