Kali ini kita masuk lebih dalam menakar tautan Bitcoin dalam sejarah uang kita. Ini terkait dengan artikel saya pekan lalu, soal dominasi dolar AS serta mekanisme utang tanpa batas, sehingga pemerintah dan bank sentral secara sewenang-wenang memanipulasi jumlah uang dan ekonomi.
OLEH: Zoe Zhao
Public Relation Director of Huobi Indonesia
Apa gunanya uang? Maksudnya saya jenis uang kertas. Kita tidak bisa memakannya, tidak bisa meminumnya dan kita bahkan tidak menggunakannya untuk menyeka bokong kita karena kita tidak berpikir itu bersih. Kecuali sangat terpaksa. Lantas, mengapa uang berharga?
Di awal peradaban manusia, ada puluhan suku kecil, yang semuanya akrab satu sama lain. Anda membuat sepatu untuk saya, saya membuat kapak untuk Anda, Anda pergi berburu, saya menumpuknya di rumah dan lain sebagainya.
Mereka bekerja sama satu sama lain dan belum membutuhkan uang, karena jumlah batasannya terlalu kecil. Kita bisa mengenali orang-orang di sekitar kita dan jumlah maksimumnya, katakanlah sekitar 150 orang.
Nah, bagaimana saya bisa mempercayai orang lain di luar suku saya, yang sama sekali tidak saya kenal, ketika populasi manusia bertambah?
Mengapa saya harus membuat sepatu dan kapak untuknya? Lalu, meskipun dia memiliki sesuatu yang sangat saya sukai, saya berhak untuk tidak percaya padanya. Dan manusia mencari cara untuk bisa terus percaya kepadanya dengan cara mencari objek lain sebagai jaminan.
Masalah itu yang mendorong manusia menciptakan uang. Uang sejatinya berperan sebagai perantara antara pihak-pihak yang bertransaksi untuk mendapatkan barang dan jasa yang diinginkannya.
Uang itu sama halnya ketika Anda memerlukan perantara untuk menjual rumah Anda kepada orang lain. Perantara itu mempermudah dan mempercepat rumah Anda laku dengan harga yang sesuai.
Nah, kembali ke situasi lalu: ketika Anda tidak mempercayai orang, maka orang itu mungkin memberi Anda sepotong emas kecil. Ini adalah sebagai jaminan. Ini adalah “perantara” atau “pihak ketiga” yang memungkinkan kita untuk bertukar sesuatu dengan orang lain.
Dipilihnya emas sebagai jaminan tentu saja karena benda itu dianggap paling baik dan berharga di antara sekian banyak benda lainnya. Dan yang terpenting, sebagian orang menginginkannya dan setuju dengan itu.
Perlahan dan pasti, timbulnya konvensi, sebuah kesepakatan umum, bahwa kita bisa menggunakan emas atau perak sebagai uang. Kemudian kerja sama manusia dapat melampaui skala 150 orang tadi, yang mengarah pada apa yang disebut “sosial ekonomi”.
Di tingkat makro, ada beberapa tingkat kerja sama manusia. Tingkat pertama adalah negara. Misalnya, jika kita semua berpikir bahwa kita adalah orang Indonesia, maka kita dapat bekerja sama.
Jika sebagian dari kita adalah laskar, sebagian dari kita adalah petani, dan sebagian dari kita adalah pekerja, kita dapat mencapai banyak hal dan secara kolektif menjadi kuat.
Alasan mengapa Somalia begitu kacau adalah karena mereka tidak bekerja sama dengan baik dan tidak setuju satu sama lain.
Tingkat kerja sama yang lebih besar daripada negara adalah agama. Anda mungkin seorang uskup, saya dan orangnya adalah umat dan kami percaya pada satu Tuhan. Kami mengatakan hal yang sama dan kami percaya pada ajaran agama yang sama.
Tetapi hari ini, tingkat kerja sama terbesar di dunia adalah uang. Islam, Kristen, Budha, bahkan budaya Konfusianisme Tiongkok, kita semua menggunakan dolar AS dan bersedia bekerja demi dolar AS.
Singkatnya, pengembangan uang manusia itu sendiri telah melalui dua tahap, yakni emas dan perak, dan sekarang uang kertas (fiat money).
Emas jelaslah dibuat oleh Tuhan. Karena ia dianggap bernilai dan bisa dijadikan perantara transaksi, maka ia disebut sebagai god money, kendati tidak ada yang bisa memastikan berapa banyak emas yang ada di dunia ini.
Yang pasti emas dan Bitcoin sama-sama langka. Tetapi tingkat kelangkaan Bitcoin lebih pasti daripada emas, yakni hanya 21 juta unit dari 18.296.337 unit yang beredar saat ini, per 31 Maret 2020 pukul 11:06 WIB. Angka itu sangat transparan dalam kode digital.
Bagaimana dengan uang kertas. Di sisi lain, uang kertas menjadi tak bernilai, karena dikendalikan oleh pemerintah dan bank sentral, serta jumlah yang tak terbatas.
Nah, faktanya, banyak orang tidak tahu bahwa sebelum 1973, emas masih digunakan sebagai mata uang di dunia.
Uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah semua negara dapat ditukar menjadi emas dengan harga tetap, yang merupakan pengganti emas.
Tetapi sejak tahun 1973 hingga hari ini, di bawah kepemimpinan Amerika Serikat, uang kertas kita telah menjadi uang kertas kredit murni, yang tidak lagi dapat ditukar menjadi emas sungguhan dalam jumlah tertentu.
Setelah penghapusan status moneter emas pada tahun 1973, dunia mengalami satu dekade kekacauan. Setelah 1982, diyakini bahwa uang kertas juga dapat dikelola dengan baik.
Sejak itu, pemerintah dan bank sentral dapat “mengeluarkan uang kertas sesuai dengan kebutuhan ekonomi”, sehingga menyadari era yang baru saja saya sebutkan. Suku bunga telah turun selama beberapa dekade, dari sekitar 20 persen hingga nol saat ini.
Sebelum tahun 1982, tingkat bunga pasar tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah karena jumlah uang dibatasi oleh jumlah emas, sehingga tingkat bunga tidak dapat dikurangi menjadi 0.
Suku bunga nol terjadi ketika dunia dalam krisis keuangan 2008. Ketika itu Federal Reserve (Bank Sentral AS) adalah yang pertama yang menurunkan suku bunga dolar menjadi 0 persen.
Seperti yang sudah Anda ketahui, dolar adalah mata uang dunia dan ketika dolar turun menjadi 0 persen, maka mata uang negara-negara lain juga turun menjadi 0 persen. Di situasi itulah Bitcoin lahir.
Penemuan Bitcoin, desentralisasi, penambangan, simpul penuh (full node) dan sebagainya benar-benar berbeda dari mata uang sebelumnya.
Saking buruknya situasi ekonomi di kala itu, sang penemu Bitcoin, Satoshi Nakamoto, menulis pesan ini dalam blok transaksi perdana Bitcoin pada 4 Januari 2009: “The Times 03/Jan/2009 Chancellor on the brink of a second bailout for banks.”
Pesan itu, mengutip judul berita utama (headline) surat kabar Inggris, The Times, ketika Bank Sentral Inggris memutuskan memberikan dana talangan kepada bank-bank yang sedang bangkrut pada 3 Januari 2009.
Memang Bitcoin adalah eksperimen sosial tentang uang. Kita tidak tahu apakah itu akan berhasil atau tidak, tetapi percobaan ini sangat penting. Jika berhasil, itu akan sepenuhnya menumbangkan model keuangan yang ada. Karena itulah Bitcoin mungkin saja gagal atau berhasil. Tapi, setidaknya kita semua memiliki acuan untuk masa depan.
Bitcoin juga mirip dengan emas, tetapi bukan hanya emas. Ini sama sekali berbeda dari uang kertas. Ini adalah sistem nilai berbasis Internet (Internet of value).
Di hari lain di pekan ini, saya akan paparkan dalam satu artikel, soal alasan mengapa Anda harus berinvestasi Bitcoin ketika pandemi virus Corona memporak-porandakan ekonomi global yang sejatinya memang sudah rapuh. Dan bagaimana Bitcoin bisa menyelematkan nilai uang Anda. [*]
Ikuti media sosial kami
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Emas dan Bitcoin dalam Sejarah Uang - Blockchain Media Indonesia"
Posting Komentar