Harga Bitcoin yang ambrol mendekati 12 persen dalam 24 jam terakhir, melarungkan kita menyoal kembali apa sebenarnya identitas Raja Aset Kripto itu.
Sejauh ini, Bitcoin adalah mata uang. Ya, karena ia bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa, selayaknya rupiah, dolar, euro dan mata uang lainnya. Bahkan uang-uang bank sentral itu bisa dibeli dengan Bitcoin dan sebaliknya, selayak perdagangan valuta asing.
Bagaimana dengan komoditas, seperti perlakuan oleh Bappebti di Indonesia. Ada miripnya juga Bitcoin seperti emas, karena ia dapat diperdagangkan di pasar spot atau di pasar berjangka (derivatif/futures).
Bitcoin sebagai sekuritas (saham/pasar modal). Selain Bitcoin, ada sejumlah aset kripto dibuat seperti IPO (Initial Public Offering), yakni ICO (Initial Coin Offering) atau IEO (Initial Exchange Offering) melalui bursa aset kripto. Dalam dua model itu, lebih mirip dengan penggalangan dana publik alias crowdfunding yang sangat berisiko tinggi.
Tak seperti saham biasa di perusahaan publik (emiten), ketika Anda membeli aset kripto baru dalam ICO ataupun IEO, Anda jelas-jelas bukanlah pemilik saham di perusahaan yang menerbitkannya.
Perdebatan seperti itu hadir sejak sebelum Bitcoin hadir dan malah kian abstrak, karena pengaruhnya terhadap ekonomi dunia masih sangat kecil.
Namun, tak sedikit ekonom dan pelaku bisnis mengamati dan masuk ke arena itu secara langsung, hingga berkesimpulan Bitcoin dan aset kripto memiliki dampak besar bagi ekonomi di masa depan.
Pertanyaan penting di atas itu semua, bagaimana regulator memperlakukan mereka. Lihatlah Korea Selatan dan India. Kedua negara itu, pada waktu yang hampir bersamaan membuat Bitcoin kian legal. Di Korea Selatan, sebelum pekan lalu, perdagangan aset kripto berada di wilayah abu-abu, hingga peraturan baru yang diasaskan peraturan FATF diterbitkan.
Sedangkan di India, setelah mengalami pasang surut yang berkepanjangan sejak tahun 2018, Mahkamah Agung setempat mengizinkan bank-bank di India mengelola dana keluar dan masuk dari dan ke bursa kripto yang beroperasi di sana.
Sementara itu di Amerika Serikat, sejumlah badan melihat adanya unsur-unsur, baik sekuritas maupun komoditas pada Bitcoin Cs. Tetapi seperti sebagian belum membuat seperangkat aturan yang kukuh.
Uni Eropa setali tiga uang yang akan menguraikan kerangka kerja baru pada tahun ini, di mana Jerman lebih ramah. Itu yang memungkinkan aset kripto dimasukkan ke dalam peraturan yang ada, atau seperangkat aturan baru yang dibuat.
Bagi pelaku pasar, bagaimana Bitcoin dan “para kerabatnya” diatur, akan memiliki dampak serius. Pasar komoditi seperti emas dan minyak bergerak di bawah pengawasan yang relatif sedikit.
Sekuritas, di sisi lain, biasanya tunduk pada aturan yang lebih menitikberakan pada transparansi harga, pelaporan perdagangan dan penyalahgunaan pasar.
“Jika kita mendekatinya dengan sekuritas, maka kita menghabiskan banyak biaya dan pengacara untuk memastikan kita patuh terhadap peraturan yang ada,” kata Benjamin Tsai, Presiden Wave Financial.
Beberapa krisis identitas Bitcoin terletak pada fakta bahwa Bitcoin pada awalnya dipahami sebagai alat pembayaran, tetapi sekarang jarang memiliki ciri khas seperti dolar, euro atau poundsterling.
Bitcoin sedikit digunakan sebagai penyimpan nilai karena volatilitasnya dan terhambat sebagai alat pertukaran oleh jaringannya yang lambat dan biaya transfer yang tinggi.
Namun, sektor pinjaman Bitcoin (lending) bisa dijadikan petunjuk baru tentang identitasnya. Pinjaman Bitcoin menawarkan jalur kredit baru kepada perusahaan yang ingin menghasilkan uang dalam aset kripto.
Ini sama halnya dengan penambang Bitcoin yang ingin mengamankan uang fiat mereka untuk menutupi pengeluaran. Juga, trader, yang tidak ingin menjual kepemilikan Bitcoin mereka, bisa menggunakannya sebagai jaminan untuk meminjam uang tunai untuk digunakan dalam perdagangan algoritmik (menggunakan bot) atau perdagangan yang berfrekuensi tinggi.
Bagi mereka yang meminjamkan Bitcoin mereka, imbal hasil yang relatif tinggi adalah proposisi yang menarik ketika suku bunga deposito dan surat utang di perbankan relatif rendah.
Namun, pengamat lain merasa Bitcoin lebih cocok sebagai komoditi, karena harganya dibentuk oleh permintaan dan penawaran di pasar. Hal lainnya, karena trader lebih banyak termotivasi mencari likuiditas yang pantas.
“Sebagai komoditas sangat pas,” kata Deeksha Gupta, Asisten Profesor Keuangan di Carnegie Mellon University, yang kerap meneliti soal aset kripto.
Meskipun ada sedikit data yang digunakan untuk mengukur ukuran pasar pinjaman, secara luas terlihat telah berkembang pesat selama setahun terakhir.
Genesis Capital yang berbasis di New York, salah satu pemberi pinjaman terbesar di pasar, mengatakan pinjamannya yang melonjak akhir tahun lalu menjadi sekitar US$545 juta dibandingkan dengan US$100 juta pada tahun sebelumnya.
Suku bunga yang tersirat di pasar-pasar ini, berkisar sekitar 4-5 persen per tahun, kata CEO Genesis Michael Moro. Di layanan lain, imbal hasilnya bahkan bisa mencapai 8 persen per tahun.
Hubungan kekerabatan Bitcoin dengan pasar modal (saham) sebagian besar muncul dari penerbitan dan fungsinya dalam ICO, di mana mereka digunakan untuk mengumpulkan dana dari publik.
ICO ataupun IEO kerap digunakan oleh perusahaan yang mencari dana untuk proyek-proyek online terkait blockchain atau lainnya. Mereka mengumpulkan modal dengan menerbitkan koin digital, yang memberi pemegang akses ke sistem atau perangkat lunak baru atau bagian dalam laba yang dihasilkan.
Namun, sisi gelapnya adalah: penipuan, di mana sistem pemasarannya lebih mirip dengan Skema Ponzi ataupun bosnya proyek malah lari. Dalam aspek lain, ketiadaan market maker setelah ICO selesai, adalah mimpi buruk bagi “investor”.
Intinya, pemerintah di negara manapun dapat memilih untuk memperlakukan Bitcoin dengan cara dan pendekatan berbeda, tergantung pada karakteristik spesifik mereka, suatu pendekatan yang diambil oleh Inggris sejak tahun lalu.
Beberapa pelaku pasar mengatakan jika Bitcoin diperlakukan sebagai instrumen keuangan yang mirip dengan sekuritas mungkin positif. Alasannya adalah, Bitcoin bisa dibeli oleh sekumpulan investor yang lebih luas lagi. Namun, kelemahannya adalah pengawasannya akan semakin berat. [Reuters/red]
Ikuti media sosial kami
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menyoal Krisis Identitas Bitcoin, Sebagai Komoditas Dia Pantas? - Blockchain Media Indonesia"
Posting Komentar