Search

Investor Masih Khawatir Inflasi AS, Bitcoin cs Cenderung Flat - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kripto utama terpantau bergerak cenderung mendatar pada perdagangan Kamis (15/9/2022), karena investor masih mengevaluasi data inflasi Amerika Serikat (AS).

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:20 WIB, Bitcoin melemah 1,26% ke posisi harga US$ 20.109,66/koin atau setara dengan Rp 300.237.224/koin (asumsi kurs Rp 14.930/US$). Namun untuk Ethereum menguat 1,52% ke posisi US$ 1.612,78/koin atau Rp 24.078.805/koin.

Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini.


Cryptocurrency Dalam Dolar AS Dalam Rupiah Perubahan Harian (%) Perubahan 7 Hari (%) Kapitalisasi Pasar (US$ Miliar)
Bitcoin (BTC) 20.109,66 300.237.224 -1,26% 4,55% 385,85
Ethereum (ETH) 1.612,78 24.078.805 1,52% -0,67% 198,33
Tether (USDT) 1,00 14.930 0,01% 0,00% 67,89
USD Coin (USDC) 0,9999 14.929 -0,03% -0,02% 50,82
BNB 276,27 4.124.711 -0,85% -1,28% 44,82
Binance USD (BUSD) 1,00 14.930 -0,01% -0,03% 20,51
XRP 0,3383 5.051 1,19% 1,82% 16,95
Cardano (ADA) 0,4753 7.096 1,10% -0,48% 16,31
Solana (SOL) 33,69 502.992 0,37% 3,72% 11,95
Dogecoin 0,06064 905 0,72% -0,49% 8,10

Sumber: CoinMarketCap

Bitcoin cenderung bertahan di zona psikologisnya di US$ 20.000 pada hari ini. Sedangkan Ethereum terpantau kembali ke kisaran US$ 1.600.

Pada hari ini, proses migrasi atau upgrade blockhain Ethereum yang disebut sebagai Ethereum Merge atau The Merge akan selesai dilakukan. Melansir dari CoinMarketCap, tinggal 2 jam lagi, proses migrasi The Merge selesai dilakukan.

Ethereum berencana mengubah algoritma konsensusnya dari Proof-of-Work (PoW) menjadi Proof-of-Stake (PoS) dan digadang-gadang bisa menaikkan harga Ethereum dan altcoin lainnya.

Sistem baru, yang dikenal sebagai PoS atau konsep yang menyatakan seseorang dapat menambang atau memvalidasi transaksi sesuai jumlah koin yang dipegang, akan memangkas konsumsi energi blockchain Ethereum hingga 99,9%.

Proses upgrade ini dirancang sebagai bentuk atas dasar kritik dari beberapa pengamat yang melihat bahwa industri cryptocurrency dianggap berbahaya bagi lingkungan.

Di lain sisi, pasar kripto masih cenderung sideways karena investor masih mengevaluasi rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) periode Agustus 2022.

Data inflasi AS dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Agustus 2022 dilaporkan naik 0,1% secara bulanan (month-to-month/mtm), meskipun ada penurunan harga gas.

Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy), IHK Negeri Paman Sam pada bulan lalu turun menjadi 8,3%, dari sebelumnya pada Juli lalu sebesar 8,5%. Meski menurun, tetapi angka ini lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 8,1% yoy.

Laporan inflasi semakin meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan 20-21 September.

IHK AS per Agustus yang masih tinggi dapat membuat The Fed melanjutkan kenaikan secara agresif lebih lama dari yang diantisipasi oleh investor.

Para pelaku pasar menilai langkah agresif The Fed dalam menurunkan suku bunga akan berlanjut pada bulan ini. Kebijakan moneter tersebut akan diumumkan pada setelah pertemuan (FOMC) yang dilaksanakan pada 20-21 September 2022.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00% - 3,25% adalah 74%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 100 bp menjadi 3,25% - 3,50% adalah 26%.

Dengan masih tingginya inflasi AS dan masih agresifnya The Fed, maka pasar kripto cenderung masih bergerak di rentang terbatas karena investor cenderung menghindarinya, meskipun ada sentimen dari migrasi The Merge.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Harga Bitcoin Melejit Usai Lama Ambruk, Bisa Lebih Tinggi?


(chd/chd)

Adblock test (Why?)

Baca Or Read Again https://www.cnbcindonesia.com/market/20220915094422-17-372247/investor-masih-khawatir-inflasi-as-bitcoin-cs-cenderung-flat

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Investor Masih Khawatir Inflasi AS, Bitcoin cs Cenderung Flat - CNBC Indonesia"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.