Search

Satelit Bitcoin Blockstream dan Konspirasi Kapitalisme - Blockchain Media Indonesia

Blockstream baru saja mengumumkan peningkatan besar pada satelit luar angkasa Blockchain Bitcoin-nya. Kini sepenuhnya tidak memerlukan Internet untuk mensinkronkan data Bitcoin yang lebih dari 300 GB itu. Capaian itu memang patut dipuji, namun kian mengantarkan kita ke wahana konspirasi [atau konstipasi] baru ala kapitalisme Barat.

OLEH: Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id

Satelit luar angkasa untuk Bitcoin sangat penting agar mempermudah dan mempercepat proses sinkronisasi data blockchain yang lebih dari 300 GB. Tanpa koneksi ke Internet, satelit bisa mencakup wilayah yang lebih luas, sekalipun di tempat terpencil. Satelit sendiri menggunakan gelombang radio khusus, dipancarluaskan dari luar angkasa, lalu ditangkap oleh satelit di bumi.

IKLAN

Sejatinya, setiap dompet (wallet) Bitcoin yang Anda gunakan terhubung dengan satu atau beberapa komputer yang berisikan data blockchain Bitcoin (full node). Penambang Bitcoin juga perlu mengunduh itu. Komputer itu menyimpan data mulai dari genesis block (perdana) pada tahun 2009 hingga yang terkini.

Data di setiap block itu adalah data transaksi lintas wallet, lintas address. Menggunakan akses Internet biasa, Anda bisa mencoba mengunduhnya menggunakan Bitcoin Core. Dengan kecepatan unduh rata-rata 15 Mbps, sinkronisasi bisa selesai kurang lebih dua minggu.

Awal Mei 2020 lalu, Blockstream mengumumkan peningkatan kinerja satelit blockchain Bitcoin-nya. Jikalau sebelumnya untuk sinkronisasi data di awal perlu terhubung ke Internet, maka peningkatan terbaru itu memungkinkan sepenuhnya tanpa Internet sama sekali. Soal kecepatan diklaim 25 kali lebih cepat daripada sebelumnya.

“Pada versi pertama, untuk melakukan sinkronisasi, mengunduh semua data Bitcoin memerlukan koneksi Internet di langkah pertama. Sekarang di versi kedua ini, sepenuhnya tanpa Internet,” sebut Blockstream.

Blockstream sendiri didirikan pada tahun 2014 oleh Adam Back dan kawan-kawan di Kanada. Ia dikenal sebagai kriptografer sekaligus pencipta proof-of-work yang digunakan Bitcoin.

Makalah ilmiah karyanya, “Hashcash – a denial of service counter-measure”, (2002) adalah satu dari 8 referensi dalam whitepaper Bitcoin oleh Satoshi Nakamoto. Proof-of-work awalnya digunakan untuk menangkal jumlah spam pada e-mail.

Sedangkan satelit blockchain Bitcoin itu baru beberapa tahun belakangan dikembangkan untuk memperluas akses Bitcoin di seluruh dunia. Bisa diakses secara gratis, Blockstream kini mengelola 6 satelit luar angkasa yang mencakup Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, Eropa dan Asia Pasifik.

Blockstream sendiri saat ini adalah satu dari beberapa entitas yang membantu dana pengembangan Bitcoin. Blockstream termasuk penyandang dana terbesar, selain Lightning Labs. Dana dari perusahaan itu digunakan untuk menggaji sejumlah programmer dan developer. Bitmex memaparkan itu pada blog-nya beberapa waktu lalu.

Blockstream sendiri punya agenda tersendiri dengan satelit itu, yakni dipadukan dengan protokol Lightning Network (LN) yang juga dikembangkan oleh Lightning Labs. Protokol yang sudah berjalan sejak tahun 2018 ini memungkinkan transaksi aset kripto Bitcoin menjadi instan dan lebih murah daripada langsung menggunakan blockchain Bitcoin.

Dimaz Ankaa Wijaya, peneliti blockchain di Australia pernah memaparkan kecurigaannya soal besarnya keterlibatan dana Blockstream di wilayah Bitcoin.

“Dengan biaya gaji pengembang hampir sejuta dolar, bukankah logis jika kita curiga Blockstream dan perusahaan lainnya punya kepentingan yang kuat terhadap arah pengembangan Bitcoin? Bagaimana jika pada akhirnya Bitcoin dikondisikan sedemikian rupa untuk memberikan keuntungan kompetitif (competitive advantage) pada perusahaan-perusahaan itu? Jika sentralisasi terjadi pada pola pengembangan perangkat lunak Bitcoin, maka pantaslah kita bertanya, masihkah Bitcoin menyandang gelar sebagai sistem terdesentralisasi?” katanya.

Wahana Konspirasi
Blockstream sendiri diduga kuat memiliki tautan erat dengan Bilderberg Group yang beranggotakan, di antaranya adalah Federal Reserve (Bank Sentral AS) dan Master Card. Bilderberg Group disebut-sebut berinvestasi sangat besar di Blockstream melalui sejumlah perusahaan.

Dan publik pun mengetahui bahwa Blockstream sendiri adalah salah satu portofolio perusahaan ventura asal Singapura, East Ventures, yang didirikan oleh Willson Cuaca. East Ventures juga berinvestasi di Indodax asal Indonesia..

Pecinta teori konspirasi Jeff Berwick pernah menyebutkan bahwa tubuh Bitcoin disusupi oleh perusahaan-perusahaan kapitalis besar.

Dia menyebutkan bahwa perusahaan asuransi AXA berinvestasi sangat besar di Blockstream. Kepala AXA dan Bilderberg Group dipimpin oleh orang yang sama, yakni Henri de Castries. Bitcoin.com (dikeloal oleh Roger Ver), pernah melansir artikel Berwick itu, tapi kini tidak dapat diakses lagi.

Nah, keunggulan Lightning Network itulah sebagai penentu potensi adanya sentralisasi di tubuh Bitcoin oleh perusahaan-perusahaan besar melalui Blockstream jikalau kian luas digunakan khususnya sebagai alat pembayaran barang dan jasa di seluruh dunia, walaupun kode sumber Lightning Network diklaim bersifat open source.

Tentu kita sangat menikmati cerita Bitcoin dalam kerangka tubuh konspirasi. Tapi, tanpa dana yang mumpuni (kita memerlukan kapital dan kapitalisme), apakah Bitcoin bisa bertahan? Toh, kerangka besar transaksi Bitcoin yang terbuka dan global yang kita nikmati sekarang juga menyimpan nilai liberalisme ala kapitalisme.

Mustahil kita berharap karakter desentralistik murni nan 100 persen di tubuh Bitcoin. Sebuah utopia yang tak terbantahkan! [vins]

Ikuti media sosial kami

INFO IKLAN/AD INFO

Let's block ads! (Why?)

Baca Or Read Again https://blockchainmedia.id/satelit-bitcoin-blockstream-dan-konspirasi-kapitalisme/

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Satelit Bitcoin Blockstream dan Konspirasi Kapitalisme - Blockchain Media Indonesia"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.