Harga Bitcoin telah melonjak selama beberapa hari terakhir di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global. Bitcoin naik kembali di atas US$10.000, flash crash pada akhir Agustus. Aset kripto lain juga mengalami kenaikan, termasuk Ether (ETH), Ripple (XRP) dan Bitcoin Cash.
Bitcoin naik hingga 6 persen terhadap dolar AS dan mencapai hampir 10 persen terhadap poundsterling. Sumber The Independent menyebutkan hal ini terjadi menyusul ketidakpastiakan soal Brexit (British Exit), dan membuat mata uang Inggris itu jatuh bebas. Analis pasar sebelumnya meramalkan bahwa Bitcoin akan mencapai rekor tertinggi jika Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan (no deal-Brexit).
Gejolak ekonomi di Argentina dan Venezuela, termasuk perang dagang yang meningkat antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, juga memicu kenaikan harga Bitcoin, menurut Marcus Swanepoel, CEO Luno.
“Setelah perdagangan lesu selama akhir pekan, Bitcoin melawan tren pasar kemarin, dengan cepat menembus level US$10.000 dan mencapai $10.500,” kata Swanepoel kepada The Independent .
“Hari ini pasar fokus ke Eropa dan perkembangan Brexit di Inggris, serta krisis yang semakin dalam di Argentina. Setelah liburan Hari Buruh di AS, kita dapat berharap untuk melihat apakah volume perdagangan Bitcoin akan naik,” kata Swanepoel.
Secara de facto, sebenarnya Inggris sudah keluar dari Uni Eropa sejak 23 Juni 2016 berdasarkan hasil referendum rakyat Inggris. 51,9 persen rakyat Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa dan 48,1 persen memilih untuk tetap tergabung dengan Uni Eropa.
Tetapi, ada sejumlah tahapan lain yang harus dijalankan. Berdasarkan perjanjian, Inggris dijadwalkan resmi keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober 2019. Di tengah-tengah itu, ada kemungkinan ditunda jika parlemen memilih untuk memblokir kemungkinan keluarnya kesepakatan.
Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan dia berencana untuk membawa Inggris keluar dari Eropa tepat waktu sesuai jadwal, dengan atau tanpa kesepakatan. Jika rencana untuk memblokir kesepakatan tidak disahkan, maka Johnson kemungkinan akan menyerukan pemilihan umum sebelum batas waktu Brexit.
Ketidakpastian seperti itu membuat poundsterling jatuh ke level terendah terhadap dolar AS sejak Januari 2017. Neil Wilson, kepala analis pasar di Markets.com, mengatakan nilai poundsterling mungkin akan memburuk jika ada pemilihan dan pasti akan memburuk jika itu bukan kesepakatan.
Harga Bitcoin terkenal fluktuatif, tetapi harganya relatif stabil sepanjang tahun 2019. Harga Bitcoin tumbuh hampir tiga kali lipat sejak awal tahun ini, tetapi masih jauh dari harga tertinggi sepanjang masa, yakni US$20.000, pada Desember 2017 silam.
Ketidakpastian soal Brexit yang memicu gonjang ganjing ekonomi Inggris, termasuk perang dagang AS-Tiongkok telah membantu kenaikan harga Bitcoin. Beberapa investor bahkan mulai melihat Bitcoin sebagai safe haven asset, mirip dengan emas.
Berdasarkan catatan Redaksi, keterkaitan antara Brexit dengan kenaikan harga Bitcoin pernah terjadi pada satu hari setelah hasil referendum itu diumumkan. Ketika itu, harga poundsterling ambruk hingga minus 8,1 persen dan euro jatuh tak terbendung hingga minus 2,4 persen. Sementara itu Bitcoin bullish dengan imbal hasil hingga 7,1 persen. Bitcoin hanya bersaing ketat dengan Indeks harga emas COMEX, yakni 4,7 persen dan yen 3,9 persen. Hingga akhir tahun 2016, poundsterling dan euro terus melemah.
Tiga tahun berselang, kini publik semakin tersadarkan. Bahwa Bitcoin mirip seperti emas dalam konteks sebagai safe haven asset, karena pasokannya yang sangat terbatas, maksimal hanya 21 juta Bitcoin.
Per 5 September 2019, jumlah Bitcoin yang beredar mencapai 17.916.575 BTC. Berdasarkan rancangan oleh Satoshi Nakamoto, setiap 10 menit terciptalah 12,5 Bitcoin yang baru dan setiap 4 tahun sekali (setara 210.000 blok) akan berkurang separuhnya menjadi 6,25 pada Mei/Juni 2020.
Publik pun semakin mahfum terhadap fakta bahwa Bitcoin bergantung pada infrastruktur tanpa batas dan terdesentralisasi, serta tak rentan terhadap dampak (berbanding terbalik) dari satu negara atau pasar tradisional.
Nicholas Gregory, CEO CommerceBlock, baru-baru ini mengatakan kepada The Independent bahwa Bitcoin telah “menemukan kembali fitrah-nya” pada tahun 2019 ini berkat ekonomi global yang semakin tidak stabil.
“Maka, jikalau no-deal Brexit terjadi, bisa jadi itu peralihan besar-besaran ke Bitcoin dan belum pernah terjadi sebelumnya. No-deal Brexit juga akan menciptakan kekacauan dan volatilitas di dua mata uang fiat utama, yakni dolar dan poundsterling dan juga akan memicu krisis identitas mata uang fiat itu,” Gregory. [The Independent/vins]
Ikuti media sosial kami
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kenaikan Harga Bitcoin Dipicu Ketidakpastian Brexit Berikutnya - Blockchain Media Indonesia"
Posting Komentar