Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang kripto, bitcoin, sedang kalem dalam beberapa hari terakhir, belum menunjukkan karakternya sebagai aset dengan volatilitas yang ekstrim, baik itu naik ataupun turun tajam dalam waktu singkat.
Meroketnya harga bitcoin membuat whales atau individu yang memiliki antara 10.000 hingga 100.000 bitcoin jualan, alias melakukan aksi profit taking. Alhasil, jumlah para whales mengalami penurunan signifikan, bahkan ke level terendah sepanjang sejarah.
Bitcoin menyentuh level tertinggi sepanjang masa US$ 61.780,63/BTC pada Jumat (13/3/2021), setelahnya harganya turun cukup tajam dalam 2 hari beruntun, dan kembali naik meski cenderung tipis-tipis saja.
Sejak awal tahun hingga ke rekor tertinggi tersebut, bitcoin sudah meroket 113%. Sementara pada hari ini, bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 57.180.52/BTC, melemah tipis 0,017% pada pukul 17:05 WIB.
Para whales dapat berperan besar terhadap pergerakan harga bitcoin, sebab jika ditotal nilainya sekitar US$ 550 miliar, melansir laporan CryptoPotato. Sementara kapitalisasi pasar bitcoin saat ini mencapai US$ 1,09 triliun, artinya para whales menguasai setengah dari kapitalisasi pasar bitcoin.
CryptoPotato melaporkan di awal tahun ini ada 115 wallet yang memiliki bitcoin lebih dari 10.000. Sebelum melewati US$ 60.000/BTC, rekor harga bitcoin sebelumnya di US$ 58.000/BTC yang dicapai pada 24 Februari lalu.
Setelah menyentuh level tersebut, harga bitcoin langsung anjlok tajam dalam 2 hari beruntun hingga menyentuh US$ 44.000/BTC. Artinya, dari rekor tersebut harga bitcoin anjlok sekitar 25%.
Saat harga bitcoin mencapai US$ 58.000/BTC, CryptoPotato melihat ada sebanyak 140.000 bitcoin yang dijual. Sejak saat itu jumlah whales terus menurun, hingga saat ini ada sebanyak 89 saja, melansir FX Street.
Indikasi kuat lainnya jika whales melepas bitcoinnya terlihat dari pergerakannya yang tipis-tipis beberapa hari terakhir, padahal sedang ada angin segar yang bisa membuatnya diterima semakin luas.
Salah satu bank raksasa Amerika Serikat (AS), Morgan Stanley, dalam layanan wealth management, menawarkan akses ke bitcoin kepada para nasabah yang kaya raya.
Kabar tersebut dilaporkan CNBC International Rabu (17/3/2021) yang mengutip dari seorang sumber yang menolak untuk dipublikasikan indentitasnya.
Morgan Stanley menjadi bank besar pertama di AS yang memberikan layanan bitcoin ke nasabahnya. Meski tidak semua nasabah, bahkan yang kaya, bisa mendapatkan layanan tersebut. Morgan Stanley baru akan memberikan akses kepada nasabah dengan "toleransi risiko yang agresif" yang memiliki dana yang dikelola perusahaan minimal US$ 2 juta.
Selain itu, Morgan Stanley juga menerapkan aturan yang ketat, investasi di bitcoin dibatasi maksimal 2,5% dari dana yang dimiliki.'
Sementara itu, Investor veteran, Mark Mobious, dalam acara CNBC Pro Talk Rabu (18/3/2021) mengatakan ia "berharap dan berdoa" harga bitcoin tidak mengalami crash, sebab hal itu akan memicu anjloknya pasar yang lebih luas.
Menurut Mobius, kenaikan mata uang kripto menjadi salah satu alasan pasar saham menguat, sebab banyak pemain bitcoin, bahkan yang menjadi miliuner semakin berani mengambil risiko di aset lainnya.
"Ini merupakan salah satu alasan kenapa kinerja pasar saham menjadi bagus, orang-orang yang membeli bitcoin, katakanlah di harga US$ 1 atau US$ 10, saat ini menjadi kaya," kata Mobius sebagaimana dilansir CNBC International.
"Orang-orang itu bersedia 'membuang' uangnya di pasar saham bahkan berjudi. Saya berharap dan berdoa harga bitcoin tidak akan crash, sebab jika itu terjadi saya pikir akan ada kemerosotan di pasar saham," tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/roy) Baca Or Read Again https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210322173807-37-232002/bitcoin-whales-berkurang-drastis-sinyal-harga-bakal-jeblok
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bitcoin Whales Berkurang Drastis, Sinyal Harga Bakal Jeblok? - CNBC Indonesia"
Posting Komentar