Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah menyentuh level tertingginya, harga Bitcoin diperkirakan masih akan kembali melanjutkan tren kenaikan. Asal tahu saja, pada Minggu (15/3), Bitcoin sempat menyentuh level US$ 61.321 per BTC.
Kendati demikian, pada hari ini, Senin (15/3), Merujuk Coinmarketcap, pada pukul 18.30 WIB, harga Bitcoin berada di US$ 56.153 per BTC atau turun 7,31% dalam transaksi harian.
Co-founder Cryptowatch dan pengelola channel Duit Pintar Christopher Tahir mengatakan, sentimen utama yang mendorong harga Bitcoin tembus ke level tertingginya adalah pergerakan dari pemain institusi yang tetap mengakumulasi Bitcoin di kala harga mengalami koreksi. Jadi, aksi buy on weakness inilah yang menyebabkan harga bisa tertahan dan bahkan kembali menguat.
Baca Juga: Sempat rekor, aksi profit taking bikin Bitcoin jatuh hampir 8%
Christopher meyakini, harga Bitcoin ke depan masih punya kecenderungan untuk melanjutkan penguatan. Menurutnya, saat ini dengan faktor kelangkaan dan literasi yang semakin meningkat, permintaan terhadap Bitcoin masih akan terus meningkat. Apalagi, dengan adanya permintaan dari korporasi yang menjadikan Bitcoin sebagai alat untuk menyimpan nilai.
“Kalau melihat Stock-to-Flow model yang mana menggambarkan perbandingan antara arus suplai dibandingkan dengan total persediaan yang ada, maka bisa dibilang Bitcoin memiliki potensi untuk melanjutkan kenaikan lebih lanjut minimal ke level US$ 100,000 per BTC,” kata Christopher ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (15/3)
Ketika disinggung mengenai isu adanya potensi taper tantrum dan dampaknya terhadap pasar aset kripto, Christopher menilai setidaknya secara jangka pendek, sentimen taper ini bisa saja memicu terjadinya volatilitas. Menurutnya, akan terjadi pergerakan harga sampai pasar mencari titik ekuilibrium sebelum harga melanjutkan kenaikannya secara jangka panjang.
Namun, dengan melihat kondisi AS saat ini, ia memperkirakan dinaikkannya tingkat suku bunga akan jadi senjata berikutnya. Hal ini dilakukan sebagai langkah mengendalikan inflasi yang diperkirakan bisa melonjak karena likuiditas dolar AS yang berlebih. Dengan naiknya suku bunga acuan, bisa saja utang bunga meningkat, maka PHK berlanjut dan bisa aja ekonominya justru stagnan.
Baca Juga: Setelah mencatatkan rekor di akhir pekan, tren kenaikan Bitcoin terhenti
“Jika hal ini terjadi, sebenarnya akan ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Ketika investor justru butuh uang, aset kripto akan ditarik dan membuat harga aset kripto jatuh. Tapi, ketika ternyata investor justru tidak butuh uang dan memilih menyelamatkan nilai uang mereka ke aset kripto ataupun emas, harga akan bisa naik,” imbuhnya
Akan tetapi, Christopher menilai saat ini sentimen yang paling berpengaruh kepada kenaikan dan penurunan kripto adalah akumulasi dan juga distribusi dari pemain institusional. Menurutnya, pemain institusional akan berusaha menjaga harga aset kripto. Caranya adalah dengan meminimalisir pembelian melalui bursa, melainkan dengan membeli langsung dari penambang dalam jumlah besar guna meminimalisir efek terhadap harga.
Selain Bitcoin, Christopher bilang mata uang kripto lain yang berpotensi mengalami kenaikan adalah ETH. Hal ini dikarenakan adanya rencana upgrade seperti menjadi EIP-1559 maupun evolusi Ethereum 2.0. Ia memperkirakan, langkah tersebut bisa mengurangi biaya transaksi secara substansial, namun hal ini juga masih menunggu aplikasinya.
“Kalau untuk yang lain, saya hanya bisa katakan lebih cocok untuk jangka pendek saja karena dukungan dari komunitas baik investor, developer maupun ekosistemnya sendiri yang belum terbentuk dengan baik,” pungkas Christopher.
Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Bitcoin dinilai berpotensi bergerak ke arah US$ 100.000 per BTC - Investasi Kontan"
Posting Komentar