Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin mencatatkan kenaikan harga lebih dari 13% dalam sepekan terakhir, mencapai angka US$64,8 ribu atau sekitar Rp1,05 miliar (asumsi kurs Rp 16.200/US$). Pengamat menilai, kenaikan ini menandai pemulihan Bitcoin setelah mengalami koreksi sejak awal Juni lalu.
Selain itu, ETF Bitcoin Spot juga mencatat aliran dana neto positif selama tujuh hari berturut-turut, dengan dua hari perdagangan terakhir pada 12 dan 15 Juli mencatatkan netflow positif lebih dari US$300 juta.
Menanggapi hal ini, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, menyatakan bahwa situasi ini mengindikasikan potensi dimulainya reli baru di pasar yang mungkin menjadi awal dari reli utama pada fase bullish saat ini.
"Namun, pasar mungkin memerlukan katalis baru yang cukup kuat agar reli tersebut dapat terjadi. Meskipun tekanan jual telah mereda, belum terdapat kenaikan signifikan dalam jumlah pemilik Bitcoin besar (whale)," jelas Fahmi pada keterangan resmi, Selasa, (16/7/2024).
Data dari lookintobitcoin.com menunjukkan bahwa jumlah wallet dengan saldo di atas 1.000 Bitcoin saat ini masih lebih rendah sekitar 96 wallet dibandingkan dengan angka pada 27 Februari lalu, ketika harga Bitcoin di $57.000.
Fahmi menambahkan, pemahaman para pelaku pasar terhadap situasi saat ini, termasuk situasi whales dan suku bunga tinggi The Fed, dapat menciptakan perilaku investasi yang cenderung lebih berhati-hati.
"Momentum ini terlihat ketika wallet pemerintah Jerman melakukan penjualan Bitcoin dalam jumlah besar minggu lalu. Bitcoin baru mengalami kenaikan setelah saldo Bitcoin di wallet tersebut habis," tambahnya.
Dengan adanya distribusi Bitcoin kepada kreditur exchange Mt. Gox yang berpotensi meningkatkan tekanan jual, meskipun besarannya belum dapat dipastikan, skenario di mana investor mungkin memilih posisi konservatif sambil menunggu perkembangan lebih lanjut masih terbuka.
"Kenaikan harga Bitcoin ke lebih dari Rp1 miliar juga mengubah sentimen pasar dari fear menjelang akhir pekan lalu menjadi greed pada awal pekan ini. Namun, perlu diingat bahwa situasi greed tidak hanya menandakan optimisme dan potensi kenaikan lanjutan, tetapi juga potensi koreksi seperti halnya situasi fear yang mengindikasikan kondisi oversold dan potensi rebound," imbuh Fahmi.
Di tengah pemulihan Bitcoin, perkembangan dan respons positif pasar terhadap peluncuran ETF Ethereum Spot juga berpotensi mempengaruhi pasar dalam jangka pendek.
"Ethereum memiliki karakteristik yang berbeda dengan Bitcoin, dan investor mungkin merasa perlu mendiversifikasikan asetnya. Terdapat rekomendasi dari Ark Invest yang meningkatkan alokasi optimal Bitcoin dalam portofolio dari 6,2% pada 2022 menjadi 19,4% pada 2023," jelas Fahmi.
Selain itu, potensi integrasi fitur staking pada ETF Ethereum juga menjadi faktor yang dapat mengubah outlook terhadap potensi ETF tersebut. Meskipun pasar masih skeptis tentang akan disetujuinya fitur tersebut, staking bisa menjadi strategi menarik untuk meningkatkan nilai portofolio dalam fase bullish.
Next Article Kripto Ambruk Usai Bitcoin Terbang Tinggi & Cetak Rekor, Kenapa?(fsd/fsd) Baca Or Read Again https://news.google.com/rss/articles/CBMieGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDI0MDcxNzA5MDM1Ni0xNy01NTUyNjYvaGFyZ2EtYml0Y29pbi10ZW1idXMtcnAtMTA1LW1pbGlhci1wYXNhci1rcmlwdG8tcGVzdGEtcG9yYdIBfGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDI0MDcxNzA5MDM1Ni0xNy01NTUyNjYvaGFyZ2EtYml0Y29pbi10ZW1idXMtcnAtMTA1LW1pbGlhci1wYXNhci1rcmlwdG8tcGVzdGEtcG9yYS9hbXA?oc=5
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Bitcoin Tembus Rp 1,05 Miliar, Pasar Kripto Pesta Pora - CNBC Indonesia"
Posting Komentar