Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas kripto utama berbalik arah ke zona merah pada perdagangan Selasa (24/5/2022), di mana Bitcoin kembali gagal bertahan di level psikologis US$ 30.000.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:32 WIB, Bitcoin merosot 3,14% ke level harga US$ 29.230,75/koin atau setara dengan Rp 428.668.949/koin (asumsi kurs Rp 14.665/US$), Ethereum melemah 2,21% ke level US$ 1.985,98/koin atau Rp 29.124.397/koin.
Berikutnya dari beberapa koin digital (token) alternatif (altcoin) seperti Cardano ambles 4,36% ke US$ 0,5170/koin (Rp 7.582/koin) dan Solana ambruk 5,52% ke US$ 49,36/koin (Rp 723.864/koin). Hanya token BNB yang menguat 1,79% ke US$ 325,35/koin (Rp 4.771.258/koin).
Sedangkan token stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) turun tipis 0,01% dan Binance USD (BUSD) menguat 0,15%.
Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini.
|
Bitcoin gagal bertahan di level psikologis US$ 30.000 dan kembali menyentuh kisaran level US$ 29.000 pada hari ini, karena beberapa investor dan trader masih cenderung berhati-hati memburu aset kripto tersebut.
Untuk saat ini, Bitcoin terjebak dalam kisaran perdagangan yang ketat dan berisiko mengalami koreksi kembali.
"Dari sudut pandang perdagangan, pelanggaran yang lebih tinggi dapat menawarkan kesempatan untuk memudar, menargetkan penembusan ke posisi terendah baru tahunan," kata Michael Boutros, analis di DailyFX, dikutip dari CoinDesk.
Periode bergelombang di pasar kripto cenderung masih terjadi hingga beberapa hari kedepan di tengah ketidakpastian kondisi global, sehingga selera risiko investor belum sepenuhnya pulih.
Investor cenderung masih memperdebatkan seberapa agresif bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi yang masih buas.
"Sensitivitas Bitcoin yang lebih tinggi terhadap likuiditas dan oleh karena itu suku bunga dapat dijelaskan oleh partisipasi investor institusional yang lebih besar di pasar, yang alokasinya didasarkan pada ketersediaan modal dan kondisi ekonomi yang lebih luas," kata Morgan Stanley.
Beberapa analis juga khawatir bahwa pengetatan kondisi keuangan terlalu agresif juga berisiko membebani pertumbuhan ekonomi.
Kekhawatiran inflasi diperburuk dalam beberapa bulan terakhir ketika China menerapkan penguncian wilayah untuk menahan penyebaran Covid-19, menambah ketegangan pada rantai pasokan.
Selain itu, perang Rusia melawan Ukraina juga menyebabkan negara-negara Eropa beralih dari minyak dan gas Moskow, membuat harga komoditas tersebut melambung dan mendorong inflasi makin meninggi.
Di lain sisi, dua token besutan Terra yakni Terra Luna (LUNA) dan TerraUSD (UST) kembali terkoreksi setelah sempat bangkit pada perdagangan Senin kemarin.
Per hari ini pukul 09:32 WIB, harga token LUNA mencapai US$ 0,0001615 per keping (Rp per keping), ambruk 24%. Padahal pada perdagangan kemarin, LUNA sempat melesat hingga lebih dari 40% pada perdagangan kemarin.
Sedangkan sister coin-nya, yakni UST juga kembali terkoreksi ke level US$ 0,06723 per keping (Rp per keping), merosot 2,01%. Seperti di LUNA, token UST juga sempat melesat nyaris 1% pada perdagangan kemarin.
Meski sempat melesat, tetapi keduanya masih jauh untuk mencapai kembali ke level psikologis di US$ 1.
UST merupakan stablecoin di mana yang menciptakan koin berjanji membuat harga tokennya stabil di kisaran US$ 1. Namun harga UST pun anjlok dan membuat sister coin-nya yaitu LUNA ikut babak belur.
Sebagai informasi, saat diterbitkan pertama kali, nilai LUNA sempat mencapai US$ 0,8 per koin dan sempat mencapai harga tertinggi sepanjang masa sebesar US$ 119,55 per koin pada April lalu. Bahkan pernah menjadi salah satu aset kripto dengan kapitalisasi pasar besar senilai US$ 40 miliar.
Terra LUNA punya peran yang vital untuk menstabilkan harga dari stablecoin Terra dan mengurangi volatilitas pasar. Saat stablecoin Terra (UST) turun sedikit, maka Terra LUNA akan dibakar sebagai cara harga bisa stabil.
UST menjadi satu-satunya stablecoin berkapitalisasi pasar jumbo yang tidak memiliki aset yang mem-backing-nya seperti stablecoin lain dan hanya bergantung pada arbitrase pasar.
Meskipun hancur lebur pada pekan lalu, sejumlah analis masih percaya jika Terra akan bangkit. Dilansir dari analytics insight, harga Terra kemungkinan akan kembali mendekati US$ 1 pada akhir 2022 kemudian meningkat menjadi US$ 3 pada 2023 dan US$ 5 pada 2025.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Bitcoin dkk Bangkit! Ethereum-Solana Meroket, Ada Apa?
(chd/chd) Baca Or Read Again https://www.cnbcindonesia.com/market/20220524095035-17-341373/bitcoin-dkk-loyo-lagi-terra-luna-ust-makin-merana
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bitcoin dkk Loyo Lagi, Terra LUNA-UST Makin Merana - CNBC Indonesia"
Posting Komentar