Search

Crypto Crash! Harga Bitcoin Nyungsep jadi Rp 404 juta - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin makin merosot dan kini menyentuh kisaran level US$ 27.000 untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun lebih, di tengah kekhawatiran investor akan kenaikan inflasi dan runtuhnya salah satu proyek stablecoin yang cukup kontroversial.

Berdasarkan data dari CoinMarketCap pada pukul 15:25 WIB, Bitcoin ambruk 10,01% ke level US$ 27.772,18 per keping atau setara dengan Rp 404.918.384 per kepingnya (asumsi kurs Rp 14.580/US$). Bahkan, kapitalisasi pasar Bitcoin sudah menyusut cukup besar hingga mencapai US$ 514,5 miliar.


Investor masih cenderung melakukan sell-off dari cryptocurrency, karena investor khawatir dengan kenaikan inflasi global dan kondisi pandemi Covid-19 di China.

Inflasi Negeri Paman Sam dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada bulan lalu mencapai 8,3% atau lebih buruk dari ekspektasi ekonom dan analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,1%. Namun, realisasi tersebut masih lebih landai dari inflasi Maret 2022 yang tercatat sebesar 8,5%.

Sedangkan inflasi inti, yang mengecualikan harga energi dan makanan, melompat 6,2% atau lebih buruk dari ekspktasi sebesar 6%. Dalam basis bulanan, inflasi tercatat sebesar 0,3% sedangkan inflasi inti sebesar 0,6%.

Kenaikan inflasi yang sangat tinggi membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang sebelumnya bersikap dovish, kini menjadi hawkish, di mana kedepannya The Fed makin 'galak' dalam menentukan kebijakan moneternya dalam upaya untuk menurunkan inflasi.

Suku bunga acuan diramal bakal dinaikkan sampai lebih dari 5 kali pada tahun ini. Alhasil, aset-aset yang tergolong dalam growth stock dan aset kripto pun makin berguguran.

Selain itu, kondisi pandemi Covid-19 di China yang makin memprihatinkan juga menjadi kekhawatiran lainnya bagi investor.

China telah mencatat 15.000 kematian sejak virus pertama kali muncul di pusat kota Wuhan pada akhir 2019, jumlah yang relatif rendah dibandingkan dengan hampir satu juta di AS dan lebih dari setengah juta di India.

Sebagaimana diketahui, strategi nol Covid-19, otoritas China telah menjebak sebagian besar dari 25 juta orang Shanghai di rumah selama berminggu-minggu. Meski strategi ini untuk membasmi wabah, nyatanya ini menyebabkan kemarahan dan protes warga karena penguncian ketat.

Shanghai merupakan pusat wabah terbaru, tetapi orang-orang di puluhan kota menjalani beberapa bentuk penguncian (lockdown), termasuk di ibu kota Beijing.

China menanggapi wabah awal itu dengan penguncian selama berbulan-bulan yang kejam, tetapi setelah pencabutan pembatasan, sebagian besar kehidupan kembali normal terlepas dari pembatasan di perbatasan negara.

Sebagai catatan, China mengunci setidaknya 45 kota sejak Maret 2022, termasuk pusat bisnis Shanghai. Penguncian wilayah dilakukan menyusul melonjaknya kasus Covid-19 akibat varian Omicron.

Di lain sisi, investor dan trader kripto juga khawatir dengan jatuhnya dua koin digital (token) Terra yakni Terra LUNA dan TerraUSD (UST).

Pada perdagangan hari ini, Kamis (12/5/2022) sekitar pukul 15:00 WIB, harga token LUNA pun longsor hingga 96,39% ke level US$ 0,1975 per kepingnya. Padahal pada perdagangan Senin awal pekan ini, token LUNA masih diperdagangkan di kisaran level US$ 59 per kepingnya.

Kejatuhan LUNA bukanlah tanpa sebab. Awal mulanya yakni terjadi di token saudaranya yang berjenis stablecoin yakni TerraUSD (UST) yang harganya terjatuh dan makin menjauhi level psikologisnya di US$ 1.

Sebagai kripto stablecoin, UST seharusnya memiliki pergerakan harga yang lebih stabil ketimbang saudaranya yakni LUNA yang tergolong sebagai kripto alternatif (altcoin). Namun nyatanya, UST tidak mampu mempertahankan gelar stablecoin tersebut.

UST adalah proyek stablecoin yang dikaitkan dengan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Token ini menawarkan penyimpanan nilai yang lebih baik untuk menghindari volatilitas mata uang kripto. Pengembangnya menawarkan target satu koin setara US$ 1.

Pada perdagangan Rabu kemarin, harga UST sempat anjlok ke 26 sen dolar AS. Bahkan pada hari ini saja, harganya makin bergerak tak karuan, di mana harga UST sempat menembus level 20 sen dolar AS. Namun sekitar pukul 14:34 WIB, harga UST balik kembali ke kisaran 50 sen dolar AS.

Do Kwon, pencipta kedua koin Terra melakukan upaya terakhir untuk mengembalikan UST kembali ke harga targetnya dengan meningkatkan tingkat pencetakan Terra LUNA baru per hari.

Usaha tersebut pada dasarnya memungkinkan pasokan stablecoin tersebut menjadi habis, sebuah langkah yang diharapkan akan meningkatkan harga.

"Saya mengerti bahwa 72 jam terakhir sangat sulit bagi Anda semua - ketahuilah bahwa saya bertekad untuk bekerja dengan Anda semua untuk mengatasi krisis ini, dan kami akan membangun jalan keluar dari ini," ungkapnya seperti dikutip dari CNBC International, Rabu (12/5/2022).

Investor mengharapkan suntikan modal baru untuk mendorong proyek tersebut. Pendukung TerraUSD dilaporkan berusaha mengumpulkan lebih dari US$1 miliar dalam pendanaan untuk menopang stablecoin tersebut.

Namun, menurut Vijay Ayyar, kepala internasional di pertukaran kripto Luno, mengatakan pengumuman Do Kwon tidak menginspirasi peningkatan kepercayaan investor.

"Mereka membiarkan sistemnya kehabisan tenaga dengan harapan akan investor akan masuk kembali kembali ketika pasokan UST yang 'berlebihan' telah habis," kata Ayyar.

Do Kwon telah mengumpulkan Bitcoin senilai miliaran dolar melalui Luna Foundation Guard miliknya untuk mendukung UST di saat krisis.

Ketakutannya sekarang adalah Luna Foundation Guard membuang Bitcoin tersebut ke pasar, menghasilkan penjualan yang lebih besar dan hal inilah yang menjadi salah satu pemberat Bitcoin saat ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Saat Pasar Kripto Loyo, Pegang Token Ini Bisa Cuan 30% Lho!


(chd/chd)

Adblock test (Why?)

Baca Or Read Again https://www.cnbcindonesia.com/market/20220512153757-17-338546/crypto-crash-harga-bitcoin-nyungsep-jadi-rp-404-juta

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Crypto Crash! Harga Bitcoin Nyungsep jadi Rp 404 juta - CNBC Indonesia"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.