Memanasnya konflik geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Iran dipicu serangan udara AS yang menewaskan Mayor Jenderal Qassem Suleimani, Komandan Pasukan Elite Quds Iran di Baghdad, Irak. Konflik ini menyebabkan harga minyak dunia, emas, hingga bitcoin melonjak. Sebaliknya, sejumlah bursa saham rontok karena sentimen negatif yang ditimbulkan konflik AS-Iran.
Peningkatan tensi geopolitik di Timur Tengah menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan minyak dari kawasan tersebut. Apalagi, Iran diperkirakan akan menyiapkan serangan balasan ke AS.
Seperti dilansir cnbc.com, harga minyak Brent naik US$ 2,42 atau 3,6% ke level US$ 68,67 per barel pada Jumat (3/1). Sebelumnya, harga minyak Brent sempat menyentuh level US$ 69,5 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,87 atau 3% ke level US$ 63,05 per barel. Pada sesi perdagangan sebelumnya, harga minyak WTI menyentuh level US$ 64,09 per barel, level tertinggi sejak April 2019.
Hingga Senin (6/1) pukul 14.30 WIB, harga minyak Brent melanjutkan kenaikan hingga ke level US$ 69,92 per barel. Adapun harga minyak WTI juga naik tipis ke level US$ 64,17 per barel.
(Baca: Harga Minyak Melonjak Akibat Panasnya Tensi Hubungan AS dan Iran)
Selain minyak, investor juga memburu emas sebagai salah satu aset yang dianggap aman (safe haven). Harga emas di pasar spot naik 1,5% ke level US$ 1.551,3 per ounce pada Jumat (3/1) pagi. Angka tersebut mendekati level tertinggi yang dicapai emas pada April 2013. Laju harga emas berlanjut ke level US$ 1.572,3 per ounce, hingga Senin (6/1) pukul 14.45 WIB.
Seperti dilansir Reuters, AS mendeteksi pasukan rudal Iran dalam kondisi siaga satu ketika Presiden AS Donald Trump menyatakan AS akan menyerang balik jika Iran membidik warga atau aset-aset AS di luar negeri. Di sisi lain, Iran juga tak mau kalah. Mereka siap membalas kematian Soleimani.
Beredar kabar yang menyebutkan ada pihak yang menawarkan hadiah senilai US$ 80 juta atau sekitar Rp 1,12 triliun untuk kepala Donald Trump. Namun, kabar ini belum dapat dikonfirmasi kebenarannya. Sementara itu, Uni Eropa, Inggris, dan Oman mendesak AS dan Iran melakukan upaya-upaya diplomatik untuk meredam konflik geopolitik di Timur Tengah.
(Baca: Bendera Merah Berkibar, Iran Siap Balas Serangan AS)
Yen dan Bitcoin Berjaya
Mata uang yen Jepang juga tak lepas dari incaran investor. Seperti halnya emas, yen juga dianggap sebagai aset safe haven. Menurut Investing.com, nilai tukar yen terhadap dolar AS menguat 0,3% ke level 107,82 yen per dolar AS pada awal perdagangan Senin (6/1). Ini merupakan level tertinggi sejak Oktober 2019.
Para pialang yang mentransaksikan mata uang virtual, bitcoin, turut menikmati kenaikan harga yang signifikan. Menurut coindesk.com, harga bitcoin melonjak 5% pada Jumat (3/1) lalu, ke level US$ 7.300 atau sekitar Rp 102,2 juta per koin. Kenaikan harga bitcoin berlanjut hingga mencapai US$ 7.548 atau sekitar Rp 104,8 juta per koin.
Pendiri Quantum Economics, Mati Greenspan, mengatakan serangan AS terhadap Iran mendorong kenaikan harga emas yang secara tradisional dianggap sebagai aset investasi yang aman di tengah ketidakpastian geopolitik maupun ekonomi. Bitcoin pun dianggap setara dengan emas karena resistensinya terhadap inflasi.
Di Iran, harga bitcoin bahkan mencapai IRR 1,09 miliar atau sekitar Rp 360 juta per koin. Supervisory Board of Asosiasi Blockchain Indonesia, Pandu Sastrowardoyo, mengatakan kenaikan harga bitcoin di Iran disebabkan situasi geopolitik yang memanas. Investor pun memindahkan investasinya dari mata uang konvensional ke bitcoin karena khawatir terhadap ketidakpastian ekonomi pasca-serangan AS.
Presiden Iran Hassan Rouhani dalam Muslim Summit 2019 di Malaysia pada Desember lalu menyatakan, umat Islam di dunia harus memiliki mata uang kripto tersendiri untuk menyelamatkan diri dari dominasi dolar AS dan rezim finansial AS. Iran sejak lama telah mengadopsi mata uang bitcoin karena AS menerapkan sanksi ekonomi berupa larangan transfer uang ke negara tersebut.
Sepanjang 2019, harga bitcoin melejit 94% dan menjadikannya salah satu aset dengan kinerja terbaik di dunia. Kenaikan harga bitcoin itu sekitar tiga kali lipat dari total imbal hasil yang diberikan saham-saham berkapitalisasi besar di dalam indeks S&P 500.
(Baca: Pasca-Serangan AS, Harga Bitcoin di Iran Tembus Rp 360 Juta)
Bursa Saham Anjlok
Di saat yang sama, sejumlah indeks bursa dunia rontok karena kekhawatiran terhadap meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah. Investor memilih melepas aset berupa saham karena dianggap sebagai aset yang berisiko.
Akhir pekan lalu, Indeks S&P 500 ditutup minus 0,81% ke level 28.634,88 poin. Investor diperkirakan masih melanjutkan aksi jualnya di bursa AS, hal ini terlihat dari kontrak indeks Dow Jones (DJIF) yang turun 0,74% ke level 28.386 poin.
Indeks Nikkei di Bursa Tokyo turun paling dalam, yakni 1,91% ke level 23.204,86 poin pada penutupan perdagangan Senin (6/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penurunan terdalam kedua, yakni 1,04% ke level 6.257,4 poin.
Indeks Hang Seng di Bursa Hong Kong juga turun 0,95% ke level 28.180,28 poin. Begitu pula dengan Indeks Strait Times Singapura yang ditutup minus 0,8% ke level 3.212,94 poin.
(Baca: Harga Saham Sektor Pertambangan Melesat Imbas Konflik AS - Iran)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dampak Ekonomi Konflik AS-Iran, Harga Minyak hingga Bitcoin Melonjak - Katadata.co.id"
Posting Komentar