Logika berinvestasi Bitcoin sebagai kelas aset baru dapat ditinjau dari tiga sisi, yakni keunikan Bitcoin, nilai sosial Bitcoin dan nilai investasi Bitcoin. Ketiga hal tersebut penting untuk dipahami oleh investor.
Louis Liu, penasihat di Magi Capital Group, menjelaskan keunikan Bitcoin adalah sebagai peranti lunak pertama yang berdaulat dan memisahkan uang dari pemerintah. Munculnya blockchain Bitcoin adalah pertama kalinya di sejarah peradaban manusia kedaulatan diwakilkan kepada platform komputer dengan mata uang universal, yaitu Bitcoin.
Bitcoin memiliki kedaulatan yang desentralistik, tidak tergantung pada entitas tunggal yang mengendalikan sistem. Dibandingkan tahun 2017, daya komputasi Bitcoin mencapai rekor baru pada angka 100 quintillion hash.
Semakin besar daya komputasinya, semakin banyak orang yang terlibat dan menanamkan modal untuk menambang Bitcoin. Artinya, jaringan Bitcoin semakin desentralistik dan memiliki kedaulatan yang tidak bisa dilumpuhkan.
Liu menyebutkan, saat ini terjadi kesalahpahaman mengenai blockchain dan nilai-nilai desentralistik. Blockchain bukanlah inovasi menurut Liu, melainkan sekadar jargon untuk kepentingan pemasaran. Inovasi yang benar-benar disruptif bukanlah blockchain, melainkan mata uang Bitcoin dan blockchain Bitcoin.
Nilai Sosial
Kedua, soal nilai sosial ekonomis Bitcoin. Bitcoin bukanlah perusahaan, maka tidak ada penghasilan atau dividen sehingga tidak ada nilai intrinsiknya. Bitcoin adalah mata uang, dan seperti mata uang lainnya, tidak ada nilai intrinsik. Nilai Bitcoin terletak pada penggunaannya sebagai mata uang di mana Bitcoin lebih baik dibandingkan emas dan dolar sebab lebih langka, terbuka dan peer-to-peer, jelas Liu.
Kendati demikian, jika Bitcoin berhasil digunakan massal, belum tentu akan menggantikan mata uang negara manapun. Bitcoin bisa menjadi mata uang di kelas menengah, di atas mata uang negara, sebagai standar nilai dan sistem kliring moneter yang netral.
Menurut Liu, nilai standar moneter non-politis sangat dibutuhkan di dunia saat ini yang berlebihan pasokan uang. Bitcoin memiliki potensi menjadi standar kliring internasional non-politis. Sebagai uang yang langka di era inflasi modal, Bitcoin bisa menjadi alat untuk memerangi inflasi (berkurangnya nilai uang dari waktu ke waktu-Red).
Nilai Investasi
Ketiga, nilai investasi Bitcoin. Sejarah protokol Bitcoin tidak melibatkan inovasi, persaingan dan disrupsi layaknya perusahaan atau startup yang sukses. Sebab, sekali protokol Bitcoin dibuat, sangat sulit untuk mengubahnya. Saat ini, protokol Bitcoin adalah standar bagi “uang Internet” dan belum ada protokol lain yang mencapai skala cukup besar untuk menyaingi Bitcoin.
Jumlah total pengguna aset kripto lain tidak mencapai 5 juta orang, dan jaringan-jaringan tersebut memroses kurang dari 1 persen transaksi Bitcoin per hari. Liu mengatakan, lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk membangun bisnis di atas Bitcoin, seperti halnya Lightning Network.
Harga Bitcoin yang melandai di US$3.200 kemudian meroket ke US$10 ribu pada tahun 2019, menjadi pertanda bagus bagi Bitcoin yang sudah keluar dari bear market. Tahun ini, Bitcoin akan mengalami halving di mana imbalan blok berkurang dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC per blok. Hal ini berarti tahun ini adalah saat yang bagus untuk membeli Bitcoin, jelas Liu.
Jika Bitcoin menjadi standar nilai dan jaringan kliring internasional, maka nilainya bisa jauh lebih besar dibandingkan emas. Pasar emas keseluruhan bernilai sekitar US$8 triliun. Jika pasar Bitcoin mencapai ukuran yang sama dengan emas, maka satu Bitcoin kelak bernilai US$300 ribu. [medium.com/@Louishliu/ed]
Ikuti media sosial kami
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Logika Berinvestasi Bitcoin - Blockchain Media Indonesia"
Posting Komentar