Ada banyak mitos Bitcoin yang keliru di luar sana. Ini pun sekaligus mencerminkan betapa Bitcoin disukai dan juga dibenci. Maklumlah, untuk kali pertama manusia punya aset bernilai seperti uang, yang tidak dikendalikan oleh pemerintah dan di Bitcoin tidak ada pengendali sentralnya. Inilah 9 mitos Bitcon yang keliru menurut Sylvain Saurel, pegiat aset kripto di In Bitcoin We Trust.
Bitcoin adalah Skema Ponzi
Bitcoin acapkali dituduh sebagai Skema Ponzi yang berujung penipuan, oleh para kritikus, terutama saat para ekonom atau politisi ingin mengkritik Bitcoin tanpa ada dasar argumen yang jelas.
Kepala Ekonom Bank Dunia Kaushik Basu pernah menyebutkan, bahwa Bitcoin bukanlah Skema Ponzi. Nilai utama Bitcoin adalah sebagai perbandingan bagi bank sentral tentang bagaimana meningkatkan efisiensi uang digital dan menghemat biaya pengiriman uang.
Lagipula dalam perdagangan Bitcoin ada data-data yang tersedia dan dicerminkan dalam grafik, sehingga memungkinkan orang memprakirakan tren harga di masa depan, selayaknya dalam perdagangan saham.
Hal ini sama sekali tidak dimiliki oleh Skema Ponzi, karena modus penipuan seperti ini hanya mengandalkan uang dari anggota-anggota baru yang jumlahnya lebih banyak daripada anggota sebelumnya.
Bitcoin Adalah Gelembung Spekulasi
Ketika harga Bitcoin mencapai US$1.000, banyak orang yang menuduhnya sebagai gelembung spekulasi (speculation bubble), karena dianggap berisiko pecah dan tidak akan pernah naik lagi.
Bitcoin pun pernah dibanding-bandingkan dengan Tulip Mania tahun 1636 atau gelembung dot-com awal tahun 2000-an.
Memang ada beberapa pihak yang hanya aji mumpung membeli dan menjual Bitcoin, tetapi ketika harga turun pun, Bitcoin terus melaju dengan perkembangan terbaru.
Bitcoin Pernah Diretas Beberapa Kali
Kritikus Bitcoin menuduh blockchain Bitcoin tidak aman dan pernah diretas berkali-kali. Hal itu tidak benar, sebab Bitcoin belum pernah diretas sepanjang riwayatnya, yang diretas adalah bursa kripto, tempat di mana Bitcoin pengguna disimpan.
Bitcoin pernah mengalami masalah peranti lunak, tetapi komunitas pengembangnya cepat menanggapi dan segera membenarkan masalah tersebut.
Bitcoin Terlalu Rumit untuk Dipakai
Untuk mempertahankan jaringan yang desentralistik, Bitcoin memakai sistem kunci kriptografis yang rumit untuk dipahami orang awam. Tetapi untuk penggunaan sehari-hari, ada banyak aplikasi yang mudah dipakai, seperti dompet web dan dompet selular. Mengirim transaksi Bitcoin kini semudah mengirim surel dan akan semakin mudah di masa depan.
Bitcoin Tidak Transparan dan Anonim
Pemerintah tidak menyukai Bitcoin sebab dipandang tidak transparan dan anonim. Justru jaringan Bitcoin sangat transparan di mana setiap transaksi bisa diakses oleh publik. Pengguna dapat menjaga anonimitas selama mereka tidak mengungkap alamat dompet (address) yang dipakai untuk transaksi, karena memungkinkan dilacak ke perusahaan bursa kripto yang digunakannya.
Bitcoin Mendukung Pencucian Uang
Bank-bank besar di dunia menuduh Bitcoin mendukung pencucian uang. Sejumlah hasil studi mengungkap sebaliknya, resiko pencucian uang dengan Bitcoin sangat minimal. Justru kasus pencucian uang seringkali melibatkan bank-bank besar, seperti Danske Bank yang didakwa mencuci US$300 miliar pada era tahun 2000an. Dan sebagian besar kasus melibatkan uang dolar AS, yen dan dolar Singapura.
Bitcoin Bukan Alat Pembayaran
Bitcoin terbukti sebagai alat simpan nilai sebanding dengan emas. Seiring berjalannya waktu, Bitcoin akan diterima sebagai alat pembayaran oleh pedagang. Seperti halnya di Perancis, 40 peritel diperkirakan akan menerima Bitcoin untuk pembayaran. Ke depan, penerapan Layer 2 blockchain Bitcoin melalui Lightning Network, memungkinkan penggunaan Bitcoin di tingkatan retail.
Bitcoin Berbahaya Bagi Lingkungan
Proof of Work yang menjadi jantung Bitcoin sebagai algoritma konsensusnya memang membutuhkan energi tinggi dalam proses penambangan Bitcoin. Tetapi, hasil riset Universitas Allborg di Denmark menyatakan dampak Bitcoin terhadap lingkungan tidak separah yang dituduh. Selain itu, banyak penambang yang memakai sumber energi terbarukan, seperti energi air dan energi panas bumi di Tiongkok.
Harga Bitcoin Stagnan Sejak 2017
Banyak investor yang masuk di Bitcoin saat harganya mencapai US$20 ribu. Para investor ini kemudian menyerah ketika harga Bitcoin longsor ke US$4 ribu. Tetapi, jika dilihat titik harga terendah Bitcoin sejak awal riwayatnya, harganya selalu naik, dari US$0,01 di tahun 2010 sampai US$3.350 di tahun 2019. [medium.com/swlh/ed]
Ikuti media sosial kami
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Inilah 9 Mitos Bitcoin yang Keliru, Nomor 9 Wajib Baca - Blockchain Media Indonesia"
Posting Komentar