Teknologi Lightning Network (LN) berusaha masuk lebih dalam lagi agar transaksi Bitcoin menjadi lebih murah dan cepat. Dibuat khusus di atas jaringan blockchain Bitcoin, LN menarik perhatian banyak pengguna, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia, per 12 Februari 2020, baru satu node (simpul) dan Channel LN yang aktif. Kapasitas transaksinya pun terbilang sangat kecil, yakni 0,001050000 BTC (US$10.83).
Simpul terbanyak berlokasi di Amerika Serikat, berkapasitas 476,65 BTC (54,239 persen). Di sana simpulnya mencapai 865 dengan jumlah Channel 13.334 (37,08 persen).
Percepatan adopsi LN utamanya digenjot oleh perusahaan rintisan Lightning Labs sejak tahun 2018. Pada awal Februari 2020 lalu, mereka mendapatkan kucuran modal sebesar Rp136 miliar dari sejumlah perusahaan ventura.
Aksi Bambang dan Danny
Di Indonesia ada beberapa orang yang mengujicoba LN ini. Di antaranya adalah Bambang Setiawan (bukan nama sebenarnya) dan Danny Taniwan, Pendiri Komunitas Crypto Watch.
Danny Setiawan, yang sejak tahun merakit node lengkap LN, mengaku relatif mudah dalam merakit perangkat kerasnya.
“Bagi yang awam soal teknologi informasi mungkin agak susah. Tapi, yang sudah cukup paham akan lebih mudah. Selain merakit sendiri, sebenarnya sudah ada yg menjual node yang sudah jadi, seperti Casa.
Kata Danny, untuk merakit satu node LN lengkap, biayanya sekitar Rp2 jutaan. Semuanya bisa dibeli di toko online.
“Tapi, yang memakan waktu lama adalah mengunduh sekaligus mensinkronkan semua data block Bitcoin sebesar 280 GB. Dan data itu terus bertambah,” kata Danny.
Danny memastikan bahwa mengirim Bitcoin melalui LN itu super super cepat, antara 0-1 detik. Untuk transfer sebenarnya bukan murah lagi, tapi gratis!
“LN ini sejatinya bukan untuk transaksi Bitcoin super besar, tetapi transaksi sangat kecil (micro payment). Dengan LN kita bisa kirim Bitcoin dalam waktu kurang dari 1 detik, gratis dan private, karena tidak tercatat di blockchain,” ujarnya.
Sementara itu, Bambang mengakui sangat penasaran dengan LN itu. Dia ingin memahami lebih bagaimana LN bekerja, termasuk kelebihan dan kekurangannya.
“Sebelum mencoba secara langsung, saya tahu LN itu secara off-chain membuat transaksi Bitcoin menjadi lebih cepat dan murah daripada langsung menggunakan blockchain Bitcoin (on-chain). Jadi, daripada saya hanya tahu konsep dan teorinya saja, saya pikir mengapa tidak langsung praktik saja. Toh, referensinya melimpah di Internet dan sebagian perlengkapan sudah tersedia,” kata Bambang beberapa waktu lalu melalui Telegram.
Bambang mengakui tidak menemui kesulitan untuk merakitnya. Hanya saja, katanya, perlu kesabaran untuk membaca beragam referensi di Internet.
“Peranti lunak dan tutorialnya semua lengkap di Internet. Soal peranti keras tersedia murah di toko online di Indonesia,” katanya.
Jelas Bambang, yang memakan waktu lama adalah mengunduh data block transaksi Bitcoin hingga 280 GB ke komputer mini Raspberry Pi 4.
“Mengunduh data block Bitcoin itu adalah bagian proses sinkronisasi dengan jaringan blockchain Bitcoin. Itu yang paling lama, hingga 11 hari, tergantung kecepatan Internet yang digunakan. Selebihnya, untuk merakit Raspberry Pi 4, yang harganya berkisar Rp900 ribuan dan memasang sistem operasinya, kurang lebih 2 jam saja,” ujarnya.
Setelah mencoba mengirimkan Bitcoin lewat LN itu, Bambang mengakui kecepatannya hampir instan dan jauh lebih murah daripada menggunakan jaringan blockchain Bitcoin secara langsung.
Ia mencontohkan, untuk satu alur lengkap LN adalah pertama kita mengirimkan Bitcoin secara on-chain (Layer 1) ke LND wallet (node wallet). Biaya kirim-nya standar, karena kita mengirim antar address Bitcoin biasa, yakni 4.620 satoshi (sekitar 0,00004620 BTC, Rp6.510 dengan harga hari ini-Red), agar tercatat di blockchain.
Satoshi adalah satuan terkecil Bitcoin. 1 satoshi sama dengan 0.00000001 BTC. Atau dengan kata lain 100 juta satoshi sama dengan 1 BTC.
“Selanjutnya, agar bisa bertransaksi antar wallet LN, kita harus membuat satu channel. Ke dalam channel itu kita mengirimkan deposit Bitcoin dari LND wallet utama ke LN peer node (node lain). Nantinya, deposit itu akan disimpan ke blockchain (on-chain). Proses itu biaya hanya 530 satoshi,” ujarnya.
Melalui channel itulah kita bebas mengirimkan dan menerima Bitcoin sebanyak mungkin, sebatas jumlah Bitcoin yang kita depositkan sebelumnya.
“Transaksi Bitcoin di dalam channel benar-benar secepat kilat. Setelah menekan tombol Send, Bitcoin langsung sampai di wallet tujuan. Ketika saya mengirimkan 530 satoshi (0,00000530 BTC), biaya kirimnya 0 satoshi. Selanjutnya, Bitcoin yang diterima bisa langsung dikirimkan ke wallet lain. Proses itu tanpa perlu konfirmasi/validasi, sebagaimana yang lazim terjadi secara on-chain langsung di blockchain Bitcoin,” katanya.
Setelah transaksi usai, jika kita ingin deposit itu kembali ke LND wallet (on-chain), maka kita perlu menutup channel itu terlebih dahulu. Dalam percobaan Bambang, biayanya 292 satoshi.
Berikut perlengkapan Bambang dalam ujicoba tersebut: Raspberry Pi 4 (RAM 4 GB, minimal 2 GB), Kabel data USB Type C, kabel LAN, Harddisk (500 GB), Docking harddisk, MicroSD (16 GB) dan Adaptor (5 volt).
Bambang menekankan, waktu yang relatif lama adalah saat menunggu konfirmasi pengiriman Bitcoin ke LND wallet. Selain itu perlu waktu juga saat membuka dan menutup Channel. Setidaknya diperlukan 1 konfirmasi (paling cepat 10 menit, 1 block).
“Jadi, di luar proses yang terjadi secara on-chain, di dalam jaringan LN transaksi terjadi dengan cepat,” pungkasnya.
Saat ini rata-rata biaya transaksi (median base fee) Bitcoin di Lightning Network hanya 1 satoshi. Bandingkan dengan tak menggunakan LN, alias langsung di blockchain Bitcoin, biaya rata-rata (average) sekitar Rp9.680.
Per 12 Februari 2020, ada sekitar 11,471 node (simpul) di jaringan LN yang tersebar di banyak negara. Jumlah channel yang tersedia mencapai 35.959. Dengan simpul dan channel sebanyak itu, dalam 30 hari terakhir, secara total, LN mampu menampung transaksi senilai 878,80 BTC (US$9.080.294). [red]
Ikuti media sosial kami
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Transaksi Bitcoin Secepat Kilat dan Murah Gegara Lightning Network - Blockchain Media Indonesia"
Posting Komentar