Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas cenderung flat pada perdagangan pagi hari ini, Rabu (6/1/2021) usai melesat tajam dan menyentuh level tertinggi dalam dua bulan terakhir.
Pelaku pasar masih menanti hasil pemilihan anggota Senat di Georgia. Pemilu tersebut menjadi sorotan banyak pihak karena akan menentukan siapa yang akan memegang kendali terhadap lembaga eksekutif dan legislatif di AS.
Apabila Demokrat yang memenangkan pemilihan maka kekuasaan akan full di tangan partai biru sehingga meloloskan kebijakan seperti stimulus yang lebih besar dan kenaikan pajak lebih mudah diloloskan.
Namun banyak juga pelaku pasar yang berharap Republik yang akan menang untuk menjaga keseimbangan demokrasi di negeri Paman Sam. Kalaupun dari pihak Republik yang menang kemungkinan stimulus masih akan digelontorkan juga ada.
Stimulus merupakan salah satu hal yang mendongkrak harga emas. Kebijakan fiskal ekspansif pemerintah dan moneter ultra longgar The Fed membuat dolar AS tumbang dan harga emas terbang tahun lalu.
Tren tersebut diperkirakan berlanjut tahun ini. Indeks dolar diperkirakan drop 5-10%. Emas diproyeksikan bakal kembali menguat ke level tertingginya di atas US$ 2.000/troy ons.
Namun harga emas cenderung flat hari ini. Pada 08.30 WIB harga emas dunia di arena pasar spot tidak bergerak dari posisi penutupannya kemarin. Harga logam kuning tersebut dibanderol US$ 1.949/troy ons.
Suku bunga rendah, injeksi likuiditas ke sistem keuangan melalui quantitative easing (QE), stimulus fiskal jumbo, pelemahan dolar AS hingga imbal hasil riil obligasi pemerintah AS yang sudah jatuh ke teritori negatif hingga ekspektasi inflasi yang tinggi menopang fundamental emas.
Kendati fundamental si logam mulia tersebut kuat, tetapi emas punya pesaing baru. Namanya Bitcoin. Ketika emas terjungka dari level tertingginya di bulan Agustus, harga Bitcoin justru reli dan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Ada outflow besar-besaran senilai US$ 7 miliar dari aset berbasis emas berupa exchange traded fund (ETF). Di saat yang sama ada inflow ke aset yang berbasis Bitcoin senilai US$ 3 miliar.
Investor institusi mulai terbiasa dengan gagasan bahwa Bitcoin telah menjadi salah satu aset alternatif untuk lindung nilai dari inflasi yang tinggi dan pelemahan dolar AS. Harga Bitcoin bahkan menyentuh US$ 30.000.
Bank investasi global menyebut harga Bitcoin bisa tembus US$ 146.000 atau setara Rp 2,03 miliar (asumsi kurs Rp 13926.55/US$). Namun tak akan terjadi dalam waktu yang singkat. Butuh waktu bertahun-tahun dan berkompetisi dengan emas untuk menjadi salah satu alternatif nilai tukar.
Harga Bitcoin yang sudah tembus level tertingginya di awal tahun rawan mengalami koreksi. Sehingga target US$ 146.000 yang dipatok oleh JP Morgan itu merupakan target jangka panjang.
Ketika harga Bitcoin jatuh dan koreksi juga terjadi di pasar saham, maka tak menutup kemungkinan uangnya beralih ke aset berupa emas sehingga akan mengerek naik harganya seperti beberapa waktu belakangan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(twg/twg) Baca Or Read Again https://www.cnbcindonesia.com/market/20210106082406-17-213769/bitcoin-diramal-bisa-rp-2-m-btc-kalau-harga-emas-berapa
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bitcoin Diramal Bisa Rp 2 M/btc, Kalau Harga Emas Berapa? - CNBC Indonesia"
Posting Komentar