Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas semakin tertekan, kini si logam kuning kembali jatuh ke bawah US$ 1.800/troy ons. Investor institusi mulai melepas kepemilikan emasnya dan beramai-ramai melirik Bitcoin.
Harga logam mulia emas di pasar spot drop 0,36% dibanding posisi penutupan kemarin pada perdagangan pagi hari ini, Rabu (17/2/2021). Pada 07.30 WIB, harga emas berada di US$ 1.788,3/troy ons. Ini merupakan harga terendah sejak satu setengah bulan terakhir.
Baru-baru ini BlackRock sebuah perusahaan investasi terbesar di dunia dengan total aset kelolaan mencapai US$ 8,67 triliun dilaporkan menjual kepemilikan emasnya. Perusahaan pengelola dana tersebut menjual aset emas miliknya berupa exchange traded fund (ETF) sebesar US$ 471 juta.
Sebelumnya, per 31 Desember 2020, BlackRock masih memegang aset ETF emas senilai US$ 835 juta. Setelah menjual ETF emas, BlackRock beralih membeli ETF perak senilai US$ 29 juta. Nilainya jauh lebih kecil dibanding emas yang dipegang dalam portofolionya.
Kemarin, untuk pertama kalinya dalam sejarah harga salah satu aset digital cryptocurrency Bitcoin melesat dan tembus US$ 50.000. Nilai pasar Bitcoin terus melesat setelah beberapa investor institusi dan korporasi menyatakan ketertarikannya terhadap aset ini.
Minggu lalu Tesla Inc, produsen mobil listrik besutan Elon Musk bahkan mengkonversi sebagian kasnya senilai US$ 1,5 miliar ke Bitcoin. Dalam pernyataannya Tesla bahkan ingin menggunakan Bitcoin sebagai salah satu alat untuk transaksi.
Tidak hanya Tesla saja yang tertarik dengan Bitcoin, perusahaan lain seperti Mastercard dan BNY Melon juga menunjukkan dukungannya. Harga Bitcoin yang turut melesat dinilai sebagian pihak sebagai fenomena bubble.
Namun banyak pula yang kontra terhadap pandangan tersebut. Bagi mereka yang tidak sependapat beralasan karena saat ini kenaikan harga Bitcoin ditopang oleh minat investor institusi yang tinggi, bukan hanya ritel seperti tahun 2017 ketika harga Bitcoin mencapai peak dan anjlok 80% setelahnya dalam waktu singkat.
Bagaimanapun juga optimisme vaksinasi serta pemulihan ekonomi membuat selera investor terhadap risiko membaik. Pelaku pasar kini lebih agresif dalam memutar uangnya. Salah satunya ke cryptocurrency yang masih dinilai menjadi aset spekulatif.
Popularitas Bitcoin dan aset digital serupa lainnya membuat kilau emas perlahan pudar. Emas mulai ditinggalkan investornya. Menambah tekanan pada emas adalah rilis data ekonomi AS yang baik.
Data manufaktur yang dirilis oleh The Fed regional New York yang oke membuat pelaku pasar optimis bahwa ekonomi sedang berada di trayek pemulihannya. Tidak seperti saham atau obligasi yang memberikan dividen atau kupon, emas merupakan aset tak berimbal hasil.
Minat seseorang terhadap emas sangat bergantung pada opportunity cost memegang emas. Meskipun imbal hasil obligasi pemerintah AS untuk saat ini rendah dan bahkan yield riilnya negatif dan suku bunga rendah masih akan ditahan dalam waktu lama, tetapi risk appetite yang terus pulih membuat investor menjadi agresif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(twg/twg) Baca Or Read Again https://www.cnbcindonesia.com/market/20210217075437-17-223862/big-money-mulai-jualan-emas-dan-ramai-ramai-berburu-bitcoin
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Big Money Mulai Jualan Emas dan Ramai-ramai Berburu Bitcoin - CNBC Indonesia"
Posting Komentar