Search

Ada Apa Nih? Harga Bitcoin Cs Kok Melambung di Ahir Pekan - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin dan kripto berkapitalisasi pasar besar (big cap) lainnya terpantau diperdagangkan di zona hijau pada perdagangan Minggu (19/12/2021) siang waktu Indonesia, meskipun sepanjang pekan ini beberapa kripto big cap masih mencatatkan koreksi.

Melansir data dari CoinMarketCap per pukul 14:35 WIB, seluruh kripto big cap non-stablecoin menguat pada hari ini. Bitcoin menguat 2,68% ke level harga US$ 47.693,33/koin atau setara dengan Rp 684.399.286/koin (asumsi kurs Rp 14.350/US$), Ethereum bertambah 2,3% ke level US$ 3.989,23/koin atau Rp 57.245.451/koin.

Sedangkan Solana melonjak 6,96% ke US$ 187,89/koin (Rp 2.696.222/koin), Cardano melompat 5,84% ke US$ 1,3/koin (Rp 18.655/koin), Avalanche terapresiasi 6,11% ke US$ 115,7/koin (Rp 1.660.295/koin), dan Terra meroket 12,91% ke US$ 73,43/koin (Rp 1.053.721/koin).


Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.

Kripto

Sepanjang pekan ini, beberapa kripto big cap masih mencatatkan koreksi. Adapun kripto tersebut yakni Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, Cardano, dan koin digital stablecoin yakni USD Coin.

Koreksi beberapa kripto tersebut disebabkan karena investor sempat merespons negatif dari sentimen pasar sepanjang pekan ini, yakni terkait kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), di mana bank sentral paling powerful di dunia tersebut berencana untuk mempercepat proses pengurangan pembelian aset (quantitative easing/QE) atau tapering.

Namun, setelah The Fed memberikan kepastian bahwa percepatan tapering tetap dilakukan, pasar akhirnya mulai kembali bergairah.

The Fed dalam konferensi persnya setelah mengumumkan kebijakan suku bunga acuan pada Kamis (16/12/2021) dini hari waktu Indonesia mengatakan bahwa pelepasan yang lebih agresif dari pembelian obligasi bulanan tetap dijalankan seperti yang diharapkan oleh pasar sebelumnya dan memperkirakan adanya kenaikan suku bunga secara bertahap pada tahun depan.

The Fed hanya akan membeli obligasi pemerintah sebesar US$ 60 miliar per bulan mulai Januari 2022, turun dari tingkat Desember sebesar US$ 90 juta dan mengatakan bahwa kemungkinan akan melanjutkan skema tersebut di bulan-bulan mendatang.

Langkah itu dilakukan ketika The Fed sedang bergulat dengan tingkat inflasi yang terus meninggi dalam hampir empat dekade terakhir.

Percepatan tapering dapat membuka ruang untuk kenaikan suku bunga pertama pada tahun depan. The Fed juga memberi isyarat bahwa anggotanya melihat ada potensi tiga kenaikan suku bunga pada tahun 2022.

Sebelumnya pada pada Jumat pekan lalu, inflasi AS dari sektor konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) dilaporkan melonjak 6,8% secara tahunan pada November 2021 dan menjadi lonjakan terbesar sejak 1982. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dari perkiraan ekonom dalam survei Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 6,7%.

Namun pada Jumat lalu, investor kembali melepas kepemilikannya di kripto setelah bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) menaikan suku bunganya pada Kamis malam waktu Indonesia.

BoE menaikkan suku bunga acuannya dari 0,1% menjadi 0,25%. Hal ini juga menjadi kenaikan yang pertama di antara bank sentral negara maju sejak era pandemi di tengah lonjakan inflasi negara tersebut.

Pemicu perubahan kebijakan moneter menjadi ketat tersebut terjadi setelah inflasi Inggris per November menyentuh level tertinggi 10 tahun pada 5,1% atau lebih tinggi dari target BoE yang memperkirakan angka 2%, dan juga lebih tinggi dari posisi Oktober sebesar 4,2%.

Di sisi lain, ekonomi diperkirakan masih aman, dengan angka tenaga kerja di mana sebanyak 257.000 pekerja terserap di perekonomian Inggris per November.

Padahal sebelumnya, pasar (dalam polling Reuters) menduga bahwa suku bunga acuan akan ditahan di level 0,1% menyusul merebaknya kasus Omicron.

Meskipun BoE menaikan suku bunga acuannya, tetapi di bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) mengumumkan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 0%.

ECB sejalan dengan The Fed, di mana mereka akan memangkas pembelian obligasi dan mereka juga tetap berjanji untuk melanjutkan dukungan kebijakan moneter hingga tahun 2022.

Pembelian obligasi di bawah Program Pembelian Darurat Pandemi (PEPP) senilai 1,85 triliun euro (US$ 2,19 triliun) yang akan berakhir pada Maret 2022, akan dipotong pada kuartal berikutnya saat skema tersebut berakhir.

Namun, pembelian obligasi di bawah Program Pembelian Aset (APP), akan ditingkatkan untuk berfungsi sebagai jembatan pelonggaran kuantitatif hingga akhir PEPP, setelah berlanjut dengan kecepatan bulanan sebesar 20 miliar euro.

Di lain sisi pada hari ini, koin digital Avalanche dan Terra berhasil mendepak posisi Polkadot dan Dogecoin berdasarkan kapitalisasi pasarnya.

Adapun kapitalisasi pasar Avalanche pada hari ini mencapai US$ 28,14 miliar, sedangkan kapitalisasi pasar Terra mencapai US$ 27,33 miliar.

Sementara untuk kapitalisasi pasar Polkadot turun menjadi US$ 25,27 miliar dan kapitalisasi pasar Dogecoin juga turun menjadi US$ 23,03 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

(chd/chd)

Adblock test (Why?)

Baca Or Read Again https://www.cnbcindonesia.com/market/20211219145603-17-300369/ada-apa-nih-harga-bitcoin-cs-kok-melambung-di-ahir-pekan

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ada Apa Nih? Harga Bitcoin Cs Kok Melambung di Ahir Pekan - CNBC Indonesia"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.