Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto mulai stabil dalam dua hari terakhir setelah mengalami crash pada akhir pekan lalu. Kapitalisasi pasar kripto saat itu tergerus sampai US$ 480 miliar atau Rp 6.900 triliun (kurs Rp 14.400/US$) dalam waktu kurang dari 1 jam.
Saat itu, pada Sabtu (4/12) sore harga bitcoin sempat ambrol lebih dari 20% ke US$ 42,874,62/koin dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. Tidak hanya bitcoin, ethereum dan beberapa aset kripto lainnya juga jeblok secara mendadak.
Kapitalisasi pasar kripro yang tadinya sekitar US$ 2,8 triliun seketika jeblok menjadi US4 2,3 triliun. dalam dua hari sebelumnya, kapitalisasi pasar kripto juga menguap sekitar US$ 300 miliar atau lebih dari Rp 4.300 triliun
Kejadian tersebut digunakan sebagai aksi buy on dip oleh beberapa pelaku pasar, bahkan termasuk negara El Savador. Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden El Savador, Nayib Bukele, dalam sebuah kicauan di Twitter.
"El Savador baru saja membeli (bitcoin) saat harga turun! 150 koin dengan rata-rata harga di US$ 48.670" kicaunya.
Seperti diketahui, El Savador menjadi negara pertama yang melegalkan bitcoin menjadi alat pembayaran yang sah. El Savador kini telah memiliki 1.370 bitcoin.
Bukele juga terlibat perang komentar di Twitter dengan Peter Schiff, kepala ekonom di Euro Pasific Capital yang membalas kicauannya.
"Kemerosotan pasar kripto masih akan datang, berapa uang pembayar pajak yang akan anda buang," kicau Schiff.
Bukele membalas komnetar Schiff tersebut dengan menyatakan tidak ada uang yang dibuang, justru sudah mendapat keuntungan dalam 24 jam setelah pembelian terakhir. Ia juga menyatakan saat ini negaranya memiliki 44.106 ons emas senilai US$ 79 juta dalam cadangan devisa, dan nilainya turun 0,37% sejak tahun lalu.
Presiden yang memimpin sejak 2019 ini menambahkan seandainya El Savador menjualnya pada tahun lalu dan membeli bitcoin, maka nilainya saat ini akan sebesar US$ 204 juta.
Bitcoin sejak mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 68.789,63/koin memang sedang terus merosot.
Banyak yang memprediksi kebijakan The Fed tersebut akan membuat bitcoin dan aset kripto lainnya rontok hingga tahun depan.
Salah satu investor ternama, Louis Navellier, salah satunya.
"The Fed sedang melakukan tapering, dan hal tersebut akan memicu koreksi di aset berisiko dan bitcoin termasuk di dalamnya. Semakin cepat The Fed melakukan tapering, maka kita akan melihat volatilitas yang tinggi di pasar saham dan obligasi, dan tentu saja bitcoin," kata Navellier, sebagaimana diwartakan Business Insider yang dikutip Forbes, Jumat (3/12).
Sementara itu Mike Novogratz, triliuner investor kripto, dan CEO Galaxy Digital mengatakan kebijakan The Fed bisa membuat pasar kripto runtuh di 2022.
"Orang-orang kini menjadi bearish terhadap bitcoin dan mata uang kripto lainnya setelah penguatan tajam. Dalam satu tahun terakhir, bitcoin melesat nyaris 200%, ethereum 600% belum lagi yang lainnya juga naik ratusan persen," kata Novogratz, sebagaimana diwartakan Forbes, Selasa (30/11).
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap) Baca Or Read Again https://www.cnbcindonesia.com/market/20211207074020-17-297166/presiden-negara-ini-borong-bitcoin-saat-pasar-kripto-crash
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Presiden Negara Ini Borong Bitcoin Saat Pasar Kripto Crash - CNBC Indonesia"
Posting Komentar