Liputan6.com, Jakarta - Harga bitcoin secara mengejutkan menyentuh level tertinggi dalam lebih dari satu tahun pada Selasa, 24 Oktober 2023. Bahkan, harga Bitcoin telah mencapai di atas USD 35.000 atau sekitar Rp 555 juta (asumsi kurs Rp 15.860 per dolar AS), level yang belum pernah terlihat sejak awal 2023.
Lantas apa penyebab dari kenaikan tiba-tiba Bitcoin ini? Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan, penguatan pasar kripto dan Bitcoin hari ini telah didukung setelah media melaporkan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) tidak akan membantah keputusan yang mendukung Grayscale Investments yang secara keliru menolak permohonannya untuk ETF Bitcoin.
“Pengadilan AS juga telah mengizinkan perusahaan untuk melanjutkan permohonan ETF Bitcoin Spot dan mengirimkan permohonan kembali ke SEC,” kata Fyqieh kepada Liputan6.com, Rabu (25/10/2023).
Kemudian, berita mengenai ETF Bitcoin dari BlackRock muncul di situs Depository Trust & Clearing Corp. Harus diingat kemunculan berita ini di halaman tersebut tidak berarti ETF tersebut telah disetujui. Namun, fakta BlackRock telah mencapai tahap ini dalam persiapannya tentu saja mencerminkan tingkat optimisme yang signifikan.
Fyqieh menuturkan MACD histogram bar juga menunjukkan momentum bullish, yang berarti tren positif Bitcoin masih berlanjut. Ini adalah sinyal positif bagi para pemegang Bitcoin dan para trader yang berpartisipasi dalam pasar.
Perkembangan yang positif seperti yang terlihat pada BTC saat ini dapat mengangkat semangat investor dan mengindikasikan potensi kenaikan lebih lanjut.
“Namun, seperti dalam semua investasi kripto, ada risiko yang harus diperhitungkan, dan pergerakan harga dapat berubah dengan cepat. Oleh karena itu, penting untuk melakukan penelitian yang cermat dan berhati-hati dalam berinvestasi di dunia kripto,” pungkas Fyqieh.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Tingkat Dominasi Bitcoin di Pasar Kripto Sentuh Tertinggi Sejak Awal 2021
Sebelumnya diberitakan, tingkat dominasi atau pangsa bitcoin (BTC) di pasar kripto secara keseluruhan terus meningkat, mengancam untuk membalikkan reli mata uang kripto alternatif (altcoin) yang mengalahkan BTC sejak awal 2021.
Tingkat dominasi naik menjadi 52,45 persen mencapai level tertinggi sejak April 2021, menurut data yang dilacak oleh platform grafik TradingView. Kenaikan bitcoin konsisten dengan penembusan bullish yang terlihat pada Juni, yang menandai berakhirnya kisaran berkepanjangan antara 38 persen dan 48 persen.
Menurut analisis teknis, Katie Stockton dari Fairlead Strategies, hal ini kemungkinan akan berlanjut dalam beberapa hari mendatang, membalikkan penurunan dari 60 persen menjadi 40 persen yang terlihat selama hari-hari pasar kripto yang suram pada Maret-April 2021.
Investor kemudian memutar uang dari bitcoin yang relatif mahal ke dalam bitcoin. altcoin, menyebabkan penurunan tingkat dominasi BTC.
“Indeks siap untuk diperpanjang lebih tinggi, terutama setelah menyelesaikan kisaran perdagangan dua tahun yang lebih tinggi pada musim panas ini,” kata Stockton dalam analisisnya, dikutip dari CoinDesk, Minggu (22/10/2023).
Stockton menambahkan indikator perusahaannya yang mengikuti tren jangka panjang juga mendukung lebih banyak dominasi bitcoin, dan ada ruang untuk resistensi berikutnya.
"Kami memperkirakan bitcoin akan mengungguli altcoin, semakin membalikkan perolehan altcoin yang diperoleh pada semester pertama 2021,” lanjut Stockton.
Fokusnya akan beralih ke resistensi utama Fibonacci di 60,17 persen setelah tingkat dominasi mencapai di atas tertinggi pada Juni di 52,18 persen.
Harga Bitcoin Melonjak Bikin Likuidasi Rp 6,3 Triliun di Pasar Kripto
Sebelumnya diberitakan, lonjakan harga besar-besaran untuk Bitcoin dan mata uang kripto utama lainnya telah mengakibatkan likuidasi senilai hampir USD 400 juta atau setara Rp 6,3 triliun (asumsi kurs Rp 15.864 per dolar AS) bagi pedagang dengan leverage selama 24 jam terakhir.
Likuidasi mengacu pada saat bursa menutup paksa posisi leverage pedagang karena hilangnya sebagian atau seluruh margin awal pedagang. Hal ini terjadi ketika seorang trader tidak mampu memenuhi persyaratan margin untuk posisi leverage gagal memiliki dana yang cukup untuk menjaga perdagangan tetap terbuka.
Dilansir dari Coinmarketcap, Rabu (25/10/2023), sebagian besar posisi yang dilikuidasi adalah posisi short, karena pasar kripto membuat banyak pedagang lengah dengan momentum kenaikan yang tiba-tiba.
Menurut data dari CoinGlass, short Bitcoin (BTC) mengalami likuidasi sebesar USD 177,15 juta atau setara Rp 2,8 triliun, sedangkan short Ethereum (ETH) memiliki posisi senilai USD 42.23 juta atau setara Rp 670,6 miliar yang dilikuidasi.
Secara total di pasar kripto, 94.168 pedagang dilikuidasi dalam 24 jam terakhir, dengan perintah likuidasi BTC tunggal terbesar senilai USD 9,98 juta atau setara Rp 158,4 miliar pada pasangan perdagangan BTCUSDT.
Likuidasi terjadi ketika Bitcoin melonjak melewati USD 34.900 atau setara Rp 554,2 juta untuk pertama kalinya sejak Mei 2022, naik lebih dari 10 persen dalam 24 jam terakhir. Ether, Chainlink, dan altcoin besar lainnya juga membukukan keuntungan signifikan.
Terungkap, Tesla Absen dari Transaksi Bitcoin Sejak Pertengahan 2022
Sebelumnya diberitakan, Perusahaan pembuat mobil listrik, Tesla (TSLA) diketahui tidak melakukan transaksi Bitcoin selama dua kuartal berturut-turut.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru perusahaan, menunjukkan bahwa Tesla memiliki aset digital senilai USD 184 juta pada 30 Juni, jumlah yang sama dengan posisi akhir Maret 2023 dan Desember 2022.
Perubahan signifikan terakhir Tesla dalam kepemilikan aset digital terjadi pada kuartal terakhir tahun lalu, ketika kepemilikannya turun dari USD 218 juta menjadi USD 184 juta.
Sebelumnya, pada Juli 2022, perusahaan mengatakan menjual sebagian dari Bitcoin-nya seharga USD 936 juta. Penjualan itu berjumlah sekitar tiga perempat dari Bitcoin yang awalnya dibeli perusahaan pada awal 2021.
Pada akhir kuartal kedua tahun ini, harga bitcoin kira-kira USD 30.400, naik dari sekitar USD 28.500 pada akhir kuartal pertama. Namun, aturan akuntansi saat ini tidak mengizinkan penilaian aset digital dinaikkan saat harga naik, kecuali jika aset tersebut dijual, tetapi dapat dikurangi saat harga turun, bahkan sebelum penjualan.
Melansir Coindesk, Kamis (20/7/2023), Tesla belum membeli atau menjual bitcoin apa pun sejak kuartal kedua tahun lalu.
Perusahaan awalnya membeli bitcoin senilai USD 1,5 miliar pada awal 2021, dengan CEO Elon Musk memberikan dorongan pada harga bitcoin, juga mengatakan Tesla akan menerima bitcoin sebagai pembayaran untuk mobilnya, yang akhirnya ditarik kembali oleh Musk.
Kabar nihilnya transaksi Bitcoin Tesla datang bersamaan dengan laporan keuangan perusahaan kuartal II 2023. Pada periode tersebut, Tesla melaporkan laba per saham yang disesuaikan sebesar USD 0,91, dibandingkan perkiraan analis konsensus sebesar USD 0,80, menurut FactSet.
Pendapatan Tesla pada kuartal II tercatat sebesar USD 24,9 miliar, melampaui perkiraan analis sebesar USD 24,2 miliar.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Bitcoin Melonjak hingga Sentuh Rp 555 Juta, Ini Kata Analis - Liputan6.com"
Posting Komentar