Search

China-Iran Dkk Larang Keras, Penambang Bitcoin Eksodus ke AS - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Di beberapa negara dunia seperti China dan Iran, pemerintah setempat mulai memperketat aturan penambangan cryptocurrency, khususnya Bitcoin. Pelarangan ini menjadi pemmbatas aktifitas penambangan aset kripto, selain itu ada isu terkait otoritas moneter hingga pemborosan energi yang ditimbulkan aktivitas mining.

Hal ini membuat dunia bertanya mengenai kemana larinya investor-investor kripto itu mengingat negara seperti China merupakan tembang separuh penambang Bitcoin dunia. Sebuah data terbaru dari Universitas Cambridge menunjukkan bahwa mereka kemungkinan menuju ke Amerika Serikat (AS).

Cambridge menyebut bahwa sebelum larangan penambangan China dimulai, negara tersebut menyumbang 46% dari total hashrate dunia, istilah industri yang digunakan untuk menggambarkan kegiatan penambangan bitcoin. Itu merupakan penurunan tajam dari 75,5% pada September 2019, dan persentasenya kemungkinan jauh lebih rendah mengingat eksodus sedang berlangsung sekarang.


"500.000 rig penambang China sebelumnya sedang mencari rumah di AS," kata Fred Thiel dari Marathon Digital.

"Jika mereka dikerahkan, itu berarti Amerika Utara akan memiliki hampir 40% dari hashrate global pada akhir tahun 2022."

AS dengan cepat menjadi kesayangan baru dunia penambangan bitcoin. Negara ini adalah tujuan penambangan terbesar kedua di dunia, terhitung hampir 17% dari semua penambang bitcoin dunia pada April 2021. Jumlah ini meningkat 151% dari September 2020.

"Selama 18 bulan terakhir, kami mengalami pertumbuhan infrastruktur pertambangan yang serius di AS," kata Darin Feinstein, pendiri Blockcap dan Core Scientific.

"Kami telah melihat peningkatan besar-besaran dalam operasi penambangan yang ingin pindah ke Amerika Utara, sebagian besar di AS."

Selain itu, perusahaan seperti operator penambangan crypto Amerika Utara Core Scientific juga saat ini terus membangun ruang hosting untuk menambah kapasitas penambangan.

"Sebagian besar peralatan baru yang diproduksi dari Mei 2020 hingga Desember 2020 dikirim ke AS dan Kanada," katanya.

AS sendiri disebutkan telah mempersiapkan infrastruktur penambangan itu selama bertahun-tahun lamanya. Sebelum penambang Bitcoin benar-benar mulai datang ke Amerika, perusahaan Negeri Paman Sam telah mencoba bertaruh dalam pasar mata uang kripto itu.

Ketika Bitcoin jatuh pada akhir 2017, tidak ada banyak permintaan untuk pertanian Bitcoin besar. Operator pertambangan AS melihat peluang ini dan menggunakan harga alat tambang Bitcoin yang jatuh untuk membangun ekosistem pertambangan baru.

"Para penambang besar yang diperdagangkan secara publik mampu mengumpulkan modal untuk melakukan pembelian besar," kata Mike Colyer, CEO perusahaan mata uang digital Foundry.

Tak hanya itu, penambangan di AS juga meningkat karena pencairan stimulus pandemi. Dengan adanya pembatasan aktivitas ekonomi, uang dana stimulus digunakan untuk berinvestasi di mata uang kripto ini.

"Semua pencetakan uang selama pandemi berarti lebih banyak modal yang perlu dikerahkan," jelas insinyur penambangan bitcoin Brandon Arvanaghi.

"Orang-orang mencari tempat untuk memarkir uang mereka. Keinginan untuk investasi skala besar tidak pernah sebesar ini. Banyak dari itu kemungkinan besar ditemukan dalam operasi penambangan bitcoin di tempat-tempat di luar China," lanjut Arvanaghi.


[Gambas:Video CNBC]

(hps/hps)

Adblock test (Why?)

Baca Or Read Again https://www.cnbcindonesia.com/market/20210718101124-17-261735/china-iran-dkk-larang-keras-penambang-bitcoin-eksodus-ke-as

Bagikan Berita Ini

0 Response to "China-Iran Dkk Larang Keras, Penambang Bitcoin Eksodus ke AS - CNBC Indonesia"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.