Jakarta, CNBC Indonesia - Kecemasan akan kembali terjadinya crypto winter kembali muncul dibenak para pelaku pasar. Sebabnya, harga bitcoin yang ambrol ke bawah US$ 30.000/US$.
3 bulan lalu, tepatnya pada 19 Mei harga bitcoin sempat ambrol lebih dari 30% dalam sekejap saja, dari US$ 43.260/BTC ke US$ 30.000/BTC sebelum mampu memangkas pelemahan tersebut, melansir data Refinitiv. Sejak saat itu, bitcoin beberapa kali mencoba bangkit, tetapi mentok di kisaran US$ 40.000/BTC, kemudian kembali merosot dan sudah 2 kali jeblok ke bawah US$ 30.000/BTC termasuk hari ini.
Pada pukul 13:40 WIB, bitcoin diperdagangkan di US$ 29.688/BTC, merosot 3,5% dibandingkan penutupan perdagangan Senin kemarin.
Foto: Datawrapper
|
Pergerakan dalam 3 bulan terakhir tersebut membuat kecemasan akan kembali terjadinya crypto winter yakni periode stagnansi dan cenderung dalam waktu yang panjang. Crypto Winter pernah dialami bitcoin pada 2018 lalu, ketika ambrol harganya lebih dari 70%, kemudian stagnan cenderung menurun hingga April 2019.
Jebloknya bitcoin, juga diikuti mata uang kripto lainnya. Akibatnya kapitalisasi pasar mata uang kripto menguap sekitar US$ 100 miliar dalam 24 jam terakhir.
"Ada aksi jual berbagai aset di pasar finansial global, aset berisiko anjlok dimana-mana" kata Annabelle Huang, partner di perusahaan saja finansial mata uang kripto, Amber Group, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (20/7/2021).
Memang, sejak Senin kemarin aksi jual melanda aset-aset berisiko. Bursa saham Amerika Serikat (AS) ambrol, dengan indeks Dow Jones minus lebih dari 2%. Bursa saham Asia pun menyusul hari ini, beberapa indeks utama merosot lebih dari 1%.
Lonjakan kasus positif virus corona varian delta menjadi pemicu aksi jual di aset berisiko. Maklum saja, di tengah vaksinasi yang semakin gencar dilakukan, kasus virus corona delta juga ikut meningkat, termasuk di Amerika Serikat.
Hal tersebut memicu kecemasan akan terjadinya stagflasi, atau perekonomian yang melambat tetapi inflasi tinggi.
"Ketakutan akan stagflasi menjadi kekhawatiran utama investor ketika kasus Covid-19 melonjak dan membuat perekonomian melambat sementara inflasi tetap menanjak," kata Peter Essele, kepala manajemen investasi di Commonwealth Financial Network, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (19/7/2021).
Tetapi, tidak hanya itu yang membuat bitcoin dan mata uang kripto lainnya ambrol. Sikap tegas pemerintah di beberapa negara, khususnya China melarang kegiatan terkait mata uang kripto menjadi pemicu utamanya.
"Semua sinyal merah sebab bitcoin terus tertekan akibat kebijakan dari China dan memburuknya kondisi ekonomi global akibat melonjaknya kasus virus corona," kata Jehan Chu, pendiri Kenetic Capital, sebagaimana dilansir CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap) Baca Or Read Again https://www.cnbcindonesia.com/market/20210720140119-17-262230/panik-gak-harga-bitcoin-jeblok-ke-bawah-us--30000-btc
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Panik Gak! Harga Bitcoin Jeblok ke Bawah US$ 30.000/BTC - CNBC Indonesia"
Posting Komentar