Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mata uang kripto (cryptocurrency) berbalik melemah pada perdagangan Selasar (13/7/2021) pagi waktu Indonesia, setelah sehari sebelumnya sempat menguat.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap pukul 09:00 WIB, tujuh kripto berkapitalisasi terbesar kompak mengalami pelemahan.
Kripto dengan kapitalisasi terbesar pertama, yakni Bitcoin ambles 3% ke level harga US$ 33.133,95/koin atau setara dengan Rp 480.110.936/koin (asumsi kurs Rp 14.490/US$), koin digital dengan kapitalisasi terbesar kedua, yakni Ethereum ambruk 5,01% ke level US$ 2.029,44/koin (Rp 29.406.586/koin).
Berikutnya Tether turun tipis 0,01% ke US$ 1 per koin atau setara dengan Rp 14.490 per koinnya, Binance Coin merosot 2,67% ke US$ 316,01 per koin (Rp 4.578.985 per koin), Cardano ambrol 2,88% ke US$ 1,31 per koin (Rp 18.982 per koin).
Selanjutnya Ripple melemah 1,64% ke US$ 0,6293 per koin atau setara dengan Rp 9.119 per koinnya dan Dogecoin terjatuh 4,84% ke US$ 0,2051 per koin (Rp 3.129 per koin).
Bitcoin dan kripto lainnya kembali melemah, karena para trader sedang bersikap hati-hati sembari menunggu rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pada pagi hari ini waktu AS atau malam nanti waktu Indonesia.
"Pasar seperti dalam masa ketenangan sebelum badai muncul ketika aktivitas yang tidak terdengar dan tenang muncul di seluruh pasar spot, derivatif, dan on-chain," kata perusahaan analisis blockchain Glassnode menulis dalam laporannya pada Senin (12/7/2021) kemarin, dikutip dari CoinDesk pada Selasa (13/7/2021) pagi.
Banyak investor cryptocurrency melihat Bitcoin sebagai aset lindung nilai (hedging) potensial terhadap inflasi, sehingga rilis inflasi yang tercermin pada indeks harga konsumen (IHK) periode Juni oleh Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS harus memberikan titik data utama.
Pada Mei lalu, IHK naik 5% dalam indeks semua barang, tercepat sejak 2008, didorong oleh harga yang lebih tinggi di mobil dan truk bekas.
Rata-rata, analis memperkirakan bahwa IHK AS Juni sebesar 4,9%. Tetapi percepatan apa pun mungkin menyalakan kembali spekulasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mungkin perlu memperlambat upayanya untuk merangsang ekonomi.
The Fed hampir menggandakan ukuran neracanya sejak awal 2020 menjadi lebih dari US$ 8 triliun, dan pencetakan uang dipandang sebagai katalis untuk kenaikan harga Bitcoin sejak saat itu.
Konsumen tampaknya mulai kembali percaya yang terlihat dari harga yang lebih tinggi. Sebuah survei yang dirilis oleh Federal Reserve Bank of New York pada Senin kemarin menemukan konsumen mengharapkan harga naik 4,8% selama tahun mendatang, naik dari ekspektasi 4% pada Mei lalu.
Di lain sisi, di saat bumi belahan utara sedang musim panas, pasar kripto cenderung lesu. Volume perdagangan dalam kripto terbesar masih cenderung menurun dan perusahaan aset digital Eqonex berspekulasi karena para trader Wall Street yang baru-baru ini memasuki cryptocurrency sedang rehat.
Pada tahun lalu, pembatasan kegiatan masyarakat akibat virus corona (Covid-19) mungkin berperan dalam kenaikan kripto. Namun kini, seiring vaksinasi yang semakin masif dan banyak orang di AS yang telah divaksin membuat lebih banyak orang dapat keluar dan bepergian.
Hal itulah yang membuat para trader di kripto mungkin mengambil kesempatan untuk kembali melirik aset berisiko lainnya seperti saham.
Di tengah mulai lesunya kripto belakangan ini, pergerakan saham cenderung bergerak sebaliknya, yakni menguat hingga menyentuh level tertinggi barunya.
Sementara itu, beberapa perusahaan dana investasi aset digital melihat adanya arus keluar modal bersih (capital outflow) sebesar US$ 4 juta untuk pekan yang berakhir 9 Juli, membalikkan arus masuk modal bersih (capital inflow) sebesar US$ 63 juta untuk minggu sebelumnya.
Volume perdagangan Bitcoin turun menjadi US$ 1,58 miliar dan menjadi volume perdagangan terendah sejak Oktober 2020.
Foto: CoinDesk, CoinShares & Bloomberg
|
Selama beberapa pekan terakhir, inflow dana investor di Amerika Utara dalam Bitcoin terpantau konstan, sementara di Eropa terus mengalami outflow, yang menunjukkan perbedaan sentimen geografis saat ini.
Pekan lalu, inflow di Ethererum, Binance, dan Cardano cenderung kecil. Sementara inflow terbesar terjadi di aset dana investasi multi-asset sebesar US$ 1,2 juta.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(chd/chd) Baca Or Read Again https://www.cnbcindonesia.com/market/20210713093002-17-260334/jagat-kripto-geger-harga-bitcoin-cs-rontok-ethereum-drop-5
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jagat Kripto Geger! Harga Bitcoin Cs Rontok, Ethereum Drop 5% - CNBC Indonesia"
Posting Komentar