Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin halving yang akan terjadi pada 2024 menjadi momen penting yang perlu diperhatikan investor kripto. Terlebih, data historis menunjukkan Bitcoin (BTC) terapresiasi setelah halving.
Dilansir dari Refinitiv, dalam satu tahun terakhir, Bitcoin mengalami penguatan yang signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Penguatan BTC terhadap USD sejak 21 Juli 2022 hingga 21 Juli 2023 sekitar 29%.
Sebagai informasi, Bitcoin Halving adalah peristiwa ketika imbal hasil untuk menambang transaksi bitcoin dipotong setengahnya atau 50%. Tujuannya yakni untuk menjaga nilai BTC & mengontrol jumlah BTC yang beredar.
Siklus Bitcoin Halving pada awalnya mendapatkan 50 BTC per blok yang telah diselesaikan dan Halving akan dilakukan setelah 210.000 blok telah terselesaikan.
Salah satu alasan penguatan BTC yakni dapat dihubungkan dengan peristiwa Bitcoin Halving. Berdasarkan data histori, Bitcoin Halving pertama terjadi pada 28 November 2012 dan naik hingga 9.800an% pada all-time-high di 2013.
Sedangkan pada Bitcoin Halving kedua yang terjadi pada 9 Juli 2016, BTC naik hingga 3.000% pada all-time-high di 2017. Terakhir, Bitcoin Halving ketiga yang terjadi pada 11 Mei 2020, BTC naik hingga 700an% pada all-time-high di 2021.
Pada Halving yang pertama, hadiah untuk menambang sebuah blok dikurangi dari 50 menjadi 25 BTC.
Kemudian pada Halving kedua, insentif yang diterima menjadi 12,5 BTC untuk setiap blok yang ditambang. Halving ketiga, setiap blok baru yang ditambang hanya menghasilkan 6,25 BTC. Peristiwa Bitcoin Halving ini akan terus terjadi hingga kira-kira tahun 2140 ketika semua Bitcoin habis ditambang.
Seperti yang diketahui bahwa Bitcoin memiliki jumlah yang terbatas yakni hanya 21 juta, maka pasokan Bitcoin yang tersedia akan berkurang, yang meningkatkan nilai Bitcoin yang belum ditambang. Alhasil, terjadi peningkatan volatilitas Bitcoin setelah Halving sebab asetnya akan menjadi lebih menarik.
Dengan akan diselenggarakannya Bitcoin Halving di tahun depan, hal ini menjadi tahun yang menarik bagi investor maupun penambang Bitcoin, karena adanya fenomena tersebut, meski fenomena ini cenderung terjadi pada kuartal akhir 2023.
CEO Indodax, Oscar Darmawan mengatakan bahwa masa paling tepat untuk pembelian Bitcoin adalah setahun sebelumnya halving day. Artinya, hal ini akan terjadi pada tahun 2023.
Dia memperkirakan bahwa Bitcoin akan memasuki fase jenuh pada tahun 2023 karena mengalami penurunan harga yang dimulai awal tahun ini. Namun, hal itu akan diikuti dengan koreksi naik sebagai tanda menyambut halving day.
"Pada saat Bitcoin naik, akan diikuti dengan naiknya harga altcoin lainnya. Bull run Bitcoin saya prediksi akan terjadi pada tahun 2024. Namun, tahun yang tepat untuk kembali mengakumulasi kripto adalah pada 2023. Pasalnya, pada tahun setelahnya, harga Bitcoin berpotensi bisa jadi sudah menanjak terlalu tinggi lagi," tutur Oscar Darmawan.
Bull run Bitcoin membuat prospeknya semakin cerah. Bahkan hingga institusi keuangan datang dari Standard Chartered yang memperkirakan Bitcoin dapat menyentuh US$120 ribu hingga akhir 2024.
Perkiraan tersebut didasari oleh berakhirnya fase kelam Bitcoin yang sempat menekan harganya hingga US$ 16 ribu. Kendrick Geoff, analis FX Standard Chartered juga mempertimbangkan potensi hasil mining yang ditahan ketika harga Bitcoin naik, sehingga akan mengurangi aksi jual pelaku pasar.
Kendrick menambahkan sikap tersebut dapat "mengurangi pasokan, dan mendorong harga BTC (Bitcoin) lebih tinggi."
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)[Gambas:Video CNBC]
Baca Or Read Again https://news.google.com/rss/articles/CBMifWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL3Jlc2VhcmNoLzIwMjMwNzIxMTI1MTM4LTEyOC00NTYxNjcvYnVrYW4tcGlscHJlcy1iaXRjb2luLWhhbHZpbmctamFkaS1tb21lbi1wYWxpbmctZGluYW50aS0yMDI00gEA?oc=5
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bukan Pilpres, Bitcoin Halving Jadi Momen Paling Dinanti 2024 - CNBC Indonesia"
Posting Komentar