Jakarta, CNBC Indonesia - Studi di Amerika Serikat membuktikan bahwa tidak sedikit investor kripto pemula yang membeli aset digital ini berdasarkan rekomendasi teman, bukan lewat analisis. Hal ini pun dinilai cukup mengkhawatirkan.
Diberitakan CNBC International, Studi yang dilakukan oleh Financial Industry Regulatory Authority Investor Education Foundation dan sebuah organisasi riset non-partisan di Universitas Chicago, menyebutkan bahwa 31% investor kripto baru di tahun 2022, menggunakan rekomendasi teman untuk melakukan pembelian.
Jika dibandingkan dengan investor saham atau obligasi, hanya delapan persen investor pemula yang melakukan hal demikian. Temuan dari hasil kajian ini menunjukkan adanya elemen sosial dalam dunia investasi kripto.
Bukan berarti semua rekomendasi dari teman adalah jelek, namun hal ini justru besarnya faktor Fear of Missing Out (FOMO) di kalangan para investor.
FOMO adalah istilah yang dapat diartikan sebagai sikap takut merasa ketinggalan akan suatu tren atau aktivitas tertentu, termasuk juga dalam dunia investasi.
Sebagai aset investasi, kripto sendiri adalah aset dengan risiko yang cukup tinggi.
Di Indonesia sendiri, kripto mulai masuk ke pasar perdagangan pada 2013, dengan hanya tiga exchangers dalam melakukan transaksi Bitcoin. Kemudian berlanjut dengan pertumbuhan yang sangat pesat, begitu pula dengan regulasinya.
Sampai saat ini, Aset kripto merupakan komoditi yang diatur oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), dan tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
Investasi dari arahan teman
Sebagai investor, hal awal yang harus dilakukan sebelum memulai proses ini adalah menentukan tujuan investasi Anda serta jangka waktunya.
Setelah itu, Anda pun harus bisa mengukur toleransi risiko yang bisa diterima baik secara psikologis maupun finansial, sebelum akhirnya Anda memilih aset-aset yang tersedia di pasaran.
Tak hanya untuk kripto, rekomendasi teman memang belum tentu semuanya jelek, namun hal ini menunjukkan adanya kurangnya rasa percaya diri dalam proses analisis dalam aset yang akan dibeli untuk investasi, atau bisa saja karena minimnya literasi.
Tidaklah salah untuk mengikuti rekomendasi, namun sebelum melakukan hal tersebut Anda seharusnya benar-benar memahami seluk-beluk aset yang dibeli.
Rekomendasi sejatinya hanya menjadi second atau third opinion (opini kedua dan ketiga) saja setelah Anda melakukan analisis.
[Gambas:Video CNBC]
(aak/aak) Baca Or Read Again https://news.google.com/rss/articles/CBMidmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL215bW9uZXkvMjAyMzA3MjYwNDQ4NTQtNzItNDU3Mjk4L2hhaC0zMS1pbnZlc3Rvci1wZW11bGEta3JpcHRvLWFzLWJlbGkta29pbi1rYXJlbmEtdGVtYW7SAXpodHRwczovL3d3dy5jbmJjaW5kb25lc2lhLmNvbS9teW1vbmV5LzIwMjMwNzI2MDQ0ODU0LTcyLTQ1NzI5OC9oYWgtMzEtaW52ZXN0b3ItcGVtdWxhLWtyaXB0by1hcy1iZWxpLWtvaW4ta2FyZW5hLXRlbWFuL2FtcA?oc=5
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hah! 31% Investor Pemula Kripto AS Beli Koin karena Teman? - CNBC Indonesia"
Posting Komentar